Rekonstruksi Kerangka Dasar Konseptual Untuk Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Syariah 1

Posted: Minggu, 29 Mei 2011 by Tri Suciyati in
0

Paradigma Akuntansi Syariah

Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatata transaksi dan pelaporan keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Akuntansi syariah (shari’a accounting) menurut Karim (1990) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dan berarti, terutama mengenai kerangka teori yang mendasari dituntur mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karim(1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.
Demikian halnya dengan kontruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam kehidupan sosial-ekonomi (Hammed:1997). Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari system ekonomi dan keuangan Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam ranah akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan informasi kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Hasyshi: 1986; Baydoun dan Willet, 2000 serta Harahap, 2001).

Kerangka konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri, 1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Akuntansi syariah dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmu dalam bidang akuntansi yang memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami, yang digali menggunakan epistimologi Islam. Kerangka konseptual akuntansi syariah dikembangkan menggunakan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the syaria’ah paradigm) sebagaimana dikemukakan oleh Haniffa (2001:11) dan disajikan dalam gambar 1 Prinsip Dasar Paradigma Syariah.

Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).

Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Tauhid (Keimanan kepada Allah SWT)
Lebih lanjut Haniffa (2001:18) mengemukakan bahwa berdasarkan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the shari’ah paradigm) tersebut pada gambar 1 di atas kemudian dikembangkan kerangka konseptual akuntansi syariah (a conceptual framework for Islamic accounting)
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”

Motivasi para pakar dan akademisi akuntansi terutama dari kalangan orang-orang Muslim guna mengkaji dan mengembangkan akuntansi syariah semakin meningkat. Setelah mengetahui beberapa peneliti (Gray, 1988; Perera, 1989; Hamid et al., 1993; Baydoun dan Willet, 1994) yang menguji hubungan antara budaya, religi dan akuntansi, menyatakan bahwa budaya secara umum dan Islam secara khusus mempengaruhi bentuk-bentuk akuntansinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Gaffikin dan Triyuwono (1996) akuntansi adalah refleksi dari sebuah realitas yang idealnya dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai dan etika. Nilai-nilai dan etika orang Muslim adalah syariah, maka alternatif terbaik pengembangan akuntansi syariah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah. Untuk memahami pengertian akuntansi syariah, dapat mengacu pada definisi akuntansi syariah yang dikemukakan oleh Hameed (2003) yaitu:
Berangkat dari definisi-definisi akuntansi tersebut di atas, akuntansi syariah dalam arti sempit dapat didefinisikan sebagai berikut: “Akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan memilih alternative-alternatif tindakan bagi para pemakainya”. Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kam (1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.


Falsafah akuntansi syariah

Dalam elemen filosofi dasar ini yg menjadi sumber kebenaran dari nilai akuntansi syariah adalah dari Allah SWT sesuai dengan faham tauhid yang di anut islaam. Allah lah yg menjadi sumber kebenaran, pedoman hidup dan sumber hidayah yg akan membimbing kita sehari hari dalam semua aspek kehidupan kita .

Seperti halnya yang ditegaskan oleh Prof.Dr Umar Abdullah Zaid bahwasanya dalam Akuntansi dipahami oleh banyak orang , sekedar mencakup masalah perdagangan ,industri, keuangan, manajemen, pertanian ,pemerintahan dan lain-lain.Namun lagi-lagi salah satu elemen penting darti falsafah Akuntansi syariah adalah refleksi atas hasil yang telah dicapai oleh peran manusia dalam kekhalifahan di muka bumi

Dibalik sekian panjang perncatatan transaksi – transaksi dari mulai daftrarul yaumiyah atau jurnal umum hingga mengeluarkan sebuah laporan keuangan yang selanjutnya akan jadi bahan pertimbangan penting bagi para stakeholder maka ia bukan sebuah amanah yang dapat dipandang sebelah mata oleh seorang akuntan muslim

oleh Prof Dr Umar Abdullah Ziad dan nilai seperti ihsan ,amanah , siddiq , cerdas, dan tabligh atau menyampaikan seperti yang terangkum dalam konsep ESQ 165 .Selayaknya bak ibarat batu pijakan tiap akuntan muslim yang berjihad di atas jalan panjang da’wah ini .

Dan semua Falsafah spritual Akuntansi Shariah bermula dari kejernihan iman lalu dari sana ia mempu menyalakan akal .Kolaborasi keduanya plus gelora nurani dan ketajaman mata hati ,secara utuh melahirkan insan yang tak dilalaikan oleh jual beli dari Rabbnya Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui kemudian ia mendirikan shalat sebagai sandaran yang istirahatnya terlepas sudah berbongkah-bongkah lelah dan gelisah ,maka zakat pun tak lupu ia tunaikan sebagai bentuk ibadah yang mensucikan pokok kehidupan dengan elegan dan menyuburkan ikatan sosial pada sesama .

Tujuan laporan keuangan syariah

Menyediakan informasi yg menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yg bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan lainnya adalah :

1. meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam setiap transaksi dan kegiatan usaha.
2. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset, kewajiban, pendapoatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada yg dalam perolehan dan penggunaannya.
3. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keunmtungan yg layak
4. informasi mengenai keuntungan investasi yg di peroleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer dan inform,asi mengenai pemenuhan kewajiban. (obligation) fungsi social entitas syariah. Termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian.

Tujuan akuntansi syariah

Segala aturan yg diturunkan ALLAH SWT dalam sistem islam mengarah pada tercapainya kebaikan kesejahteraan. Keutamaan serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaannya. Dan di ekonomi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

3 sasaran hukum islam yg menunjukan islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dan isinya.
- Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya
- Tegaknya keadilan didalm masarakat.
- Tercapainya maslahah (puncak sasaran)
Selamat agama, jiwa, akal, keluarga dan keturunannya, harta benda


Tujuan akuntansi syariah

Mulawarman (2007a; 2007b) dengan demikian adalah merealisasikan kecintaan utama kepada Allah SWT, dengan melaksanakan akuntabilitas ketundukan dan kreativitas, atas transaksi-transaksi, kejadian-kejadian ekonomi serta proses produksi dalam organisasi, yang penyampaian informasinya bersifat material, batin maupun spiritual, sesuai nilai-nilai Islam dan tujuan syariah.

Asumsi dasar


Untuk mencapai tujuannya , laporan keuangan disusun atas dasar akrual, dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas di terima atau dibayar) dan di ungkapkan dalam catatan akuntansi serta di laporkan dal;am laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melebatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pemabyaran kas di masa depan serta sumberdaya yang merepresentasikan kas yang akan di terima dimasa depan. Oleh karena itu lapoiran keuangan menyediakan informasi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam keputusan ekonomi. Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil. Pendapatan atau keuntungan yang di maksud adalah keuntungan bruto (GROSS PROFIT).

Kelangsungan usaha , laporan keuangan biasanya disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu entitas di asumsikan tidak bermaksud mengurangi secara material skala usahanya . jika maksud itu timbul , laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar nya harus di ungkakan.

Laporan keuangan syariah

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:

(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h) dana kebajikan.
Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnyayang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantupengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
(a) Neraca;
(b) Laporan Laba Rugi;
(c) Laporan Arus Kas;
(d) Laporan Perubahan Ekuitas;
(e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
(f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dan
(g) Catatan atas Laporan Keuangan.

Standard akuntansi keuangan Syariah

Dalam upaya untuk mendorong tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang seragam dan pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian, pada tahun laporan telah dilakukan pembahasan bersama pihak terkait didalam Komite Akuntansi Syariah dimana Bank Indonesia sebagai salah satu anggotanya bersama Ikatan Akuntan Indonesia dan pihak lainnya.

Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntasi berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar Standar Akutansi Keuangan yang juga akan berlaku bagi perbankansyariah :

(1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(2) PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(3) PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Murabahah,
(4) PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam,
(5) PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Istishna’,
(6) PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Mudharabah,
(7) PSAK 106 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Musyarakah.

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik.

Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka mengakomodir perbedaan esensi antara operasional Syariah dengan praktek perbankan yang telah ada (konvensional). Untuk itulah maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan berbagai standar akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan pelatihan pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI.

Sejak tahun 2001 telah dilakukan berbagai kerjasama penyusunan standard dan pedoman akuntansi untuk industri perbankan syariah termasuk penyelesaian panduan audit perbankan syariah, revisi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 dan revisi Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Dengan semakin pesatnya perkembangan industri perbankan syariah maka dinilai perlu untuk menyempurnakan standar akuntansi yang ada. Pada tahun 2006, IAI telah menyusun draft Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Draft ini diharapkan dapat ditetapkan menjadi standar pada tahun 2007.

Dalam penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakukan IAI dengan bekerjasama dengan Bank Indonesia, DSN serta pelaku perbankan syariah dan dengan mempertimbangkan standar yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional yaitu AAOIFI. Hal ini dimaksudkan agar standar yang digunakan selaras dengan standar akuntansi keuangan syariah internasional.

Badan yang menerbitkan standar akuntansi islam pada saat ini adalah the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) yang didirikan sejak 1991 di Bahrain. Sampai dengan saat ini telah diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang akuntansi, auditing, governance dan etika, seperti tertera pada tabel 2. Anggota Technical Board AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan 115 anggota yang mewakili 27 negara. Saat ini juga sedang disusun program Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke beberapa negara (Alchaar, 2006).

Standar Akuntansi yang Telah Diterbitkan AAOIFI
Accounting
Financial Accounting Statements

• Objective of Financial Accounting of Islamic Banks and Financial Institutions
• Concepts of Financial Accounting for Islamic Banks and Financial Institutions
Financial Accounting Standards
• General Presentation and Disclosure in the Financial Statements of Islamic Banks and Financial Institutions
• Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
• Mudaraba Financing
• Musharaka Financing

• Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners' Equity and Investment Account Holders and Their Equivalent
• Salam and Parallel Salam
• Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
• Istisna'a and Parallel Istisna'a
• Zakah
• Provisions and Reserves
• General Presentation and Disclosure in Financial Statements of Islamic Insurance Companies
• Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or Deficit in Islamic Insurance Companies
• Investment Funds

• Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
• Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
• Investments
• Islamic Financial Services offered by Conventional Financial Institutions
• Contributions in Islamic Insurance Companies (New)
• Deferred Payment Sale
• Disclosure on Transfer of Assets (New)
• Segment Reporting (New)

Auditing

• Objective and Principles of Auditing
• The Auditor's Report
• Terms of Audit Engagement
• Testing by an External Auditor for Compliance with Shari'a Rules and Principles by an External Auditor
• The Auditor's Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit to Financial Statements (New)
Governance
• Shari'a Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
• Shari'a Review
• Internal Shari'a Review
• Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
Ethics
• Code of Ethics for Accounting and Auditors of Islamic Financial Institutions
• Code of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions
Sumber: AAOIFI. 2006.


sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&ved=0CDEQFjAE&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F24927445%2F2030256032%2Fname%2Fmodul%2Bsesi%2B5.doc&rct=j&q=Akuntansi%20Syariah&ei=8xvjTZy-KIu4sQOdnbUW&usg=AFQjCNGOLo2rE58iGs_gZTIlj3bfSfBBzA&sig2=s6gyS-VRUis5l9Cg2M7PlQ&cad=rja

AKUNTANSI SDM

Posted: by Tri Suciyati in
0

Penilaian Personil (Personal Assessment)
- adalah suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi tentang individu
- Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan terkait dengan karier tentang pelamar dan karyawan
- Penilaian dilaksanakan untuk beberapa tujuan spesifik.
- Sebagai contoh, anda, sebagai seorang yang memiliki lapangan pekerjaan, boleh melakukan penilaian personil untuk memilih karyawan untuk suatu pekerjaan. Penasihat Karier boleh melakukan penilaian personil untuk menyediakan bimbingan karier kepada klien.
- Tujuan, mis. seleksi, penempatan, promosi, konseling karir, atau pelatihan
- Pengukuran mis. Mengukur kemampuan, ketrampilan, gaya bekerja, nilai-nilai kerja, atau minat kejuruan
- Peramalan mis. Performa pekerjaan, potensi manajerial, sukses karier, kepuasan kerja, atau masa jabatan
- Format, mis. Paper-And-Pencil, Work-Sample, atau simulasi komputer
- Tingkat standardisasi, obyektifitas, dan quantifiability Bervariasi pada bermacam-macam tes .
- Sebagai contoh, ada evaluasi yang subjektif, tes prestasi yang sangat terstruktur, wawancara yang mempunyai bermacam-macam derajat tingkat struktur, dan inventori kepribadian yang tidak memiliki jawaban yang benar atau salah
- Semua alat asessment yang digunakan untuk membuat keputusan tentang ketenagakerjaan, dengan mengabaikan format mereka, tingkat standardisasi, atau obyektifitas, merupakan penilaian yang profesional dan standard sah berdasarkan hukum.
- Sebagai contoh, evaluasi suatu resume dan penggunaan suatu tes prestasi yang sangat distandardisasi harus mematuhi ketentuan hukum yang berlaku.
- Alat Penilaian yang hanya digunakan semata-mata untuk eksplorasi karier atau menasihati pada umumnya tidak memiliki standard yang sah atau memiliki undang-undang yang sama

Kenapa organisasi melakukan assessment?
- Seleksi
- Penempatan
- Pelatihan Dan Pengembangan
- Promosi
- Eksplorasi Karier Dan Bimbingan
- Evaluasi Program

Situasi dimana organisasi mendapatkan keuntungan dari tes
- Pemilihan Atau Prosedur Penempatan yang mengakibatkan lemahnya pengambilan keputusan dalam menerima pekerja.
- Produktivitas Karyawan yang rendah.
- Kesalahan karyawan yang mengakibatkan masalah serius dalam hal keuangan, kesehatan dan keselamatan.
- Ada ketidakhadiran atau turnover karyawan tinggi.
- Penilaian Prosedur yang ada tidak terstandardisasi secara profesional

Prinsip-prinsip Assessment
- gunakan instrument assessment sesuai dengan tujuan
- gunakan pendekatan whole-person
- jangan bergantung pada tes dalam membuat keputusan

Beberapa komponen dalam assessment
- observasi
- evaluasi resume
- kuesioner
- biodata
- Wawancara
- tes performa/work sample
- tes achievement
- tes kemampuan umum
- tes kemampuan khusus
- tes kemampuan fisik
- inventori kepribadian
- inventori integritas dan kejujuran
- inventori work values
- tes obat dan kesehatan

Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CDIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fimages.hilmia07.multiply.multiplycontent.com%2Fattachment%2F0%2FSjRl3goKCIAAAGCFAek1%2Fpersonal%2520assessment.ppt%3Fnmid%3D255311627&rct=j&q=Akuntansi%20SDM&ei=xBnjTcDsJ4nSsAPf6JkW&usg=AFQjCNGFhq9QR_N6_QLsEMIVODYS79zjFw&sig2=faWRjOdlyrkp2rh7CntZkQ&cad=rja

0

LATAR BELAKANG



Di dunia internasional, International Financial Reporting Standards (IFRS) telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hongkong, Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya.



IFRS dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS telah dipilih baik secara nasional maupun internasional, jadi kita harus sejauh mungkin menguasainya. Selain itu penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia.



Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing perusahaan nasional di kancah persaingan global. Bahkan di tahun 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.



Rencana Indonesia untuk memberlakukan Standar Konvergensi IFRS melalui tiga tahapan pengadopsian dinilai banyak kalangan sudah tepat karena masih banyak perusahaan yang belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang IFRS. Oleh karena itu untuk tahap pertama (2008-2011) Indonesia masih melakukan upaya pengadopsian IFRS. Tahapan pertama tersebut dilakukan karena Indonesia masih menggunakan standar auditing lokal. Tahapan pertama juga merupakan proses untuk mengadopsi keseluruhan IFRS ke PSAK, mempersiapkan infrastruktur dan mengevaluasi dampak-dampak apa saja yang akan terjadi pasca penerapan IFRS. Tahapan kedua dilakukan tahun 2011 untuk menuju persiapan akhir sebelum melakukan implementasi keseluruhan isi dari IFRS yang akan dilaksanakan pada tahun 2012. Tahapan ketiga adalah implementasi PSAK yang telah konvergen dengan IFRS.



Suka atau tidak, Indonesia harus menerapkan IFRS sebagai standar akuntansi yang bertaraf internasional. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.



Namun demikian dalam prakteknya beberapa perusahaan di Indonesia telah menerapkan IFRS lebih awal. Ambil contoh Indosat, Telkom, Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Astra International dan beberapa perusahaan lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan IFRS. Tentunya banyak pengalaman berharga yang dapat digali dari perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan IFRS sebagai bekal bagi perusahaan yang akan menerapkannya di tahun 2012.

Beberapa pertanyaan mengemuka di kalangan praktisi dunia usaha terkait dengan penerapan IFRS yang telah dilakukan beberapa perusahaan tersebut, seperti :
Sejauhmana penerapan IFRS mempengaruhi kebijakan dan strategi perusahaan?
Siapa yang sebenarnya menjadi pelaku dan penanggung jawab penerapan IFRS di perusahaan?
Aspek apa saja yang dapat terpengaruh oleh implementasi IFRS?
Bagaimana dampak implementasi IFRS terhadap perusahaan di sektor perbankan, telekomunikasi, manufaktur dan sektor lainnya?
Apakah semua sektor industri mendapat manfaat dari penerapan IFRS?
Apa saja yang harus menjadi fokus perhatian Dewan Komisaris, Direksi, Divisi Akuntansi, Divisi Bisnis, Divisi IT dan Divisi lain Audit sehingga mampu menyusun laporan keuangan perusahaan yang mengadopsi IFRS?
Apa saja yang harus menjadi fokus perhatian Dewan Komisaris dan Komite Audit sehingga mampu menjalankan fungsi oversight atas laporan keuangan perusahaan?

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan berbagai pertanyaan lain yang mengemuka dengan mengundang narasumber dari perusahaan yang telah menerapkan IFRS guna membahas secara mendalam implementasi IFRS yang telah dilakukan oleh perusahaan masing-masing sehingga dapat ditarik benang merah pengalaman berharga dari masing-masing perusahaan tersebut. Isu ini sangat penting untuk dipahami kalangan bisnis Indonesia khususnya jajaran stratejik perusahaan agar dapat memahami implikasi penerapan IFRS terhadap perusahaan secara menyeluruh.

sumber: http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=161074660598818

1

Einde Evana

ABSTRAK

The goal of this research is to prove empirically connection between IOS (Investment Opportunity Set) and growth realization. IOS proxy that is used in this research is proxy based on value that is market to book value of equity (MVEBVE). To prove IOS proxy validation, we earlier prove empirically that is significantly different between market value and book value.
The selection of samples is done by purposive judgment sampling method. This sample researches are 53 companies from 148 manufacture companies which are registered in Indonesian Stock Exchange. The researcher use paired sample t-test as analytical test to try the first hypothesis. Whereas to 2nd, 3rd, 4th and 5th IOS’ are correlated with growth realization by use one-tailed percent correlation. Growth realization of company is proxies by growth of assets, equity, sales and earnings.
The result of paired-sample t-test shows that there is significantly different between market value and book value so that proportion ratio of market value and book value can be used as IOS proxy that valid enough. Whereas the test result use one-tailed pearson correlation with significant rate (ά) : 1% shows that there is significant positive correlation between IOS and assets growth realization, equity and selling. For IOS correlation and earning growth realization there is positive correlation but not significant. It is maybe caused by earning assignment sample’s company for dividend is bigger than earning assignment for retained earning.
Key words : Investment Opportunity Set (IOS)


A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sedikit sekali penelitian pasar modal yang diasosiasikan dengan struktur modal perusahaan, terutama dengan set peluang investasi. Kemudian muncul konsep baru dalam menilai suatu perusahaan dengan mengkombinasikan aset yang dimiliki dan opsi investasi di masa depan, yaitu konsep Investment Opportunity Set (IOS).
IOS merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa depan. Menurut Smith dan Watts (1992) dalam Hartono (2000) potensi pertumbuhan terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set). Munculnya istilah IOS dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Hartono (2000) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan.
Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.
Penelitian Kallapur dan Trombley ditindaklanjuti oleh Sami et al. pada tahun 1999, Tettet Fijrijanti dan Jogiyanto Hartono (2000) serta Adi Prasetyo pada tahun 2000. Tabel 1 menunjukkan daftar penelitian empiris mengenai IOS yang disajikan secara lengkap.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penting sekali menilai suatu perusahaan terutama mengenai struktur modalnya. Dari struktur modal tersebut kita dapat melihat nilai buku dan nilai pasarnya. Dari sinilah kita dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut bertumbuh atau tidak bertumbuh. Informasi ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Asosiasi antara IOS dan kinerja manajemen tercermin pada pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola manajemen (Subekti dan Kusuma, 2001). Realisasi pertumbuhan ini ditunjukkan melalui pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Utami, 2007). Nilai IOS suatu perusahaan juga mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan.
Dalam penelitian Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007), rasio yang diuji yaitu market to book value asset (MVABVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai perusahaan yang sedang bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya, market to book value of equity (MVEBVE) mencerminkan pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya, price to earning (PER), capital expenditure to book value asset (CAPBVA) dan capital expenditure to market value of asset (CAPMVA).
Bertitik tolak dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rasio antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan. Perbandingan antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat digunakan sebagai pengukur perusahaan yang bertumbuh (growth) dan dapat memberikan kesempatan pilihan-pilihan investasi di masa datang bagi investor. Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu, sedangkan nilai buku merupakan nilai yang dicatat oleh perusahaan (Hartono, 2003). Dengan demikian investor dapat memiliki kesempatan berinvestasi yang menguntungkan dengan cara menganalisis pertumbuhan suatu perusahaan yang terlihat dari nilai buku dan nilai pasar saham perusahaan.
Dari pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan sebuah proksi. Berbagai jenis proksi telah digunakan oleh banyak peneliti dalam studi empirisnya secara tidak seragam. Salah satu proksi IOS yaitu mengukur pertumbuhan perusahaan dengan memperbandingkan nilai pasar dan nilai buku saham. Menurut Hartono (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh memiliki rasio nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai buku sahamnya. Hal ini serupa dengan Charles P. Jones (1998) dalam Sari (2002) yang menyatakan bahwa rasio antara nilai pasar dan nilai buku saham perusahaan yang bertumbuh sama atau lebih dari satu.

B. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengertian IOS

Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007). Menurut Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan size perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu menghasilkan net present value positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS merupakan nilai perusahaan yang besamya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Komponen nilai perusahaan yang merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang merupakan set kesempatan investasi Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS menunjukan opsi pertumbuhan bagi perusahaan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure dari manajer (Myers, 1976 dalam Utami, 2007). Opsi pertumbuhan tersebut bisa berupa investasi tradisional atau discretionary expenditure yang diperlukan untuk kesuksesan perusahaan seperti penelitian dan pengembangan teknologi baru (Jones dan Sharma, 2001 dalam Utami, 2007).

Klasifikasi Proksi IOS
IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh karena itu diperlukan proksi. Hal ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007), yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan. Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi set kesempatan investasi telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Proksi ini diklasifikasikan dalam tiga tipe (Gaver dan Gaver, 1993), yaitu:
Proksi berdasarkan harga (price-based proxies)
IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut: market to book value of asset, market to book value of equity, tobin’s q, ratio of property, plant and equipment to firm value, earnings to price ratios, ratio of depreciation to firm value dan firm value to book value property, plant and equipment.
Proksi berdasarkan investasi (investment-based proxies)
Proksi berbasis investasi menunjukkan bahwa tingkat aktivitas investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi juga akan memiliki tingkatan investasi yang tinggi, yang dikonversi menjadi aset yang dimiliki. Bentuk dari proksi ini merupakan suatu rasio yang membandingkan suatu investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Proksi IOS berbasis investasi yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah rasio capital expenditure to book value asset, rasio capital expenditure to market value of assets, rasio investment to net sales, rasio investment to earnings.
Proksi berdasarkan varian (variance measures)
Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian, diantaranya: variance of returns, the variance of asset deflated sales, asset betas.
Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwaterdapat alternatif proksi gabungan sebagai upaya untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran yang terdapat pada proksi dengan rasio individual. Alternatif dari proksi gabungan yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan analisis sensitivitas dengan menggunakan common factor analysis.
Penggabungan dari beberapa alternatif proksi IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk set kesempatan investasi.
Adanya berbagai macam proksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa selalu ada proksi yang tidak dapat digunakan. Hal ini menyebabkan belum adanya kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS dengan baik.

Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 5 variabel proksi IOS yang dipakai oleh peneliti sebelumnya, yaitu; 1) rasio market to book value equity (MVE/BVE), 2) rasio market value to book value of assets (MVA/BVA), 3) rasio price to earning (PER), 4) rasio capital expenditure to assets book value (CAP/BVA), 5) rasio capital expenditure to assets market value (CAP/MVA).
Penggunaan nilai pasar dalam membentuk rasio IOS menurut Hartono (2000) sudah tepat karena nilai pasar dapat mengindikasikan adanya potensi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berinvestasi di masa depan. Smith dan Watts (1992) dalam Utami (2007) menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki nilai rasio nilai pasar terhadap nilai bukunya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio MVA/BVA dan MVE/BVE berkorelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007) juga menemukan bukti atas korelasi tersebut secara signifikan. Fijrijanti, Tettet, dan Hartono ( 2000) menunjukan arah korelasi positif antara rasio MVE/BVE dan MVA/BVA terhadap pertumbuhan aktiva secara konsisten.
Hasil penelitian Rokhiyati (2005) menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan sebesar 0,389 dan terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,708. Rasio MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,667. Rasio CAPBVA terhadap pertumbuhan aset sebesar 0,377. Sedangkan hasil penelitian Utami (2007) menemukan bahwa MVE/BVE berkorelasi positif dengan pertumbuhan aktiva. Rasio MVA/BVA berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas.
Simpulan teori dan bukti empiris yang telah dipaparkan sebelumnya dapat menjadi acuan bahwa perusahaan yang berpotensi tumbuh mendapatkan respon positif dari pasar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Potensi pertumbuhan perusahaan ini dapat diketahui dari laporan keuangan. Oleh karena itu, saat publikasi laporan keuangan seharusnya pasar segera merespon informasi tersebut, kemudian menginterpretasi dan menganalisis informasi yang diterima lebih lanjut. Sehingga keputusan yang diambil tidak hanya cepat, namun memiliki nilai ekonomis dan keakuratan yang tinggi. Hal tersebut tergantung dari interpretasi investor terhadap informasi laporan keuangan.

Hipotesis
Atas dasar kerangka teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku saham.
H2 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan aktiva.
H3 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan ekuitas.
H4 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan penjualan.
H5 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan laba.

C. METODE PENELITIAN
6. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari (1) Indonesian Capital Market Directory 2004 - 2006 dan dari database BEI (www.jsx.co.id) (2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi.
7. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2004-2006. Didasarkan pada metode purposive sampling, dengan kriteria pemilihan:
 Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun (sampai dengan tahun 2006).
 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember berturut-turut selama periode 2004-2006. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.
 Laporan keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas dan laba yang negatif selama periode 2004-2006. Penggunaan ekuitas dan laba negatif menyebabkan proksi-proksi IOS menjadi bias dan tidak bermakna.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, hanya sebanyak 53 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian disajikan pada Tabel 2.
Operasionalisasi Variabel
a.. IOS berdasarkan nilai pasar dengan alternatif proksi harga:
MVE/BVE =
b. Perhitungan nilai buku per lembar saham yaitu:
NB/lb =
c. Variabel Realisasi Pertumbuhan Perusahaan
Masing-masing pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1) Pertumbuhan Aktiva = [total aktiva tahun X - total aktiva tahun X-1 ]: [total aktiva tahun X-1]
2) Pertumbuhan Ekuitas = [total ekuitas tahun X - total ekuitas tahun X-1 ]: [total ekuitas tahun X-1 ]
3) Pertumbuhan Penjualan = [total penjualan neto tahun X - total penjualan neto tahun X-1] : [total penjualan neto X-1]
4) Pertumbuhan Laba = [laba X - laba X-1] : [laba X-1]
(Fijrijanti dkk 2000)

Alat Uji
a. Pengujian Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji paired sample t-test pada tingkat keyakinan 95% dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika sig > 0.05 maka Ha ditolak.
2. Jika sig < 0.05 maka Ha diterima.

b. Pengujian Hipotesis 2, 3, 4, dan 5

Pengujian terhadap hipotesis 2, 3 ,4 dan 5 dilakukan menggunakan alat uji Pearson Correlation dengan tingkat keyakinan 99%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1. Jika sig < 0,01 maka Ha diterima.
2. Jika sig > 0,01 maka Ha ditolak

D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel di atas menyajikan ringkasan hasil analisis statistik deskriptif atas variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Data di tabel 3 terdiri dari 5 kelompok yaitu (1) variabel IOS, (2) rata-rata realisasi pertumbuhan aktiva (2004-2006), (3) rata-rata realisasi pertumbuhan ekuitas (2004-2006), (4) rata-rata realisasi pertumbuhan penjualan (2004-2006), (5) rata-rata realisasi pertumbuhan laba (2004-2006).
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel 3 di atas, diperoleh sebanyak 53 sampel perusahaan manufaktur yang sesuai dengan kriteria sampling seperti telah dijelaskan pada Bab III. IOS (Investment Opportunity Set) yang diproksikan dengan rasio MVE/BVE menunjukan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Perusahaan dengan rasio MVE/BVE yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang besar. Berdasarkan hasil pada tabel 3 di atas, statistik deskriptif terhadap rasio MVE/BVE menunjukan nilai minimum sebesar 0,16, nilai maksimum sebesar 3,97, dengan rata-rata sebesar 1,3553. Berdasarkan nilai rata-rata yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan sampel secara umum memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukan dengan besarnya rata-rata pertumbuhan nilai pasar saham perusahaan yang hampir mendekati dua kali lipat apabila dibandingkan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Sedangkan realisasi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rata-rata total aktiva, ekuitas, panjualan, dan laba juga menunjukan hasil yang cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata dari masing-masing realisasi pertumbuhan yang bernilai positif.

Perhitungan Rasio Investment Opportunity Set (IOS)
Analisis IOS dalam penelitian ini dengan menggunakan salah satu bentuk proksi IOS yaitu hanya menggunakan sebuah rasio sebagai proksi IOS dalam menjalankan penelitian ini. Rasio yang digunakan yaitu perhitungan market to book value equity (MVE/BVE). Rumus MVE/BVE sebagai berikut :
MVE/BVE = (Jumlah lembar saham beredar X Harga Penutupan) Total Ekuitas
MVE/BVE sebagai nilai IOS dapat pula dihitung dengan cara membagi nilai pasar saham dengan nilai buku saham, sebagai berikut :
IOS = Nilai Pasar Saham
Nilai Buku Saham

Hasil Perhitungan MVE/BVE dapat dilihat pada Tabel 3.
Rasio dari market to book value of equity mencerminkan pasar yang menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku saham dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai bagaimana keadaan perusahaan tersebut, apakah termasuk dalam klasifikasi perusahaan bertumbuh (growth) atau perusahaan yang tidak bertumbuh (non growth).
Penelitian ini termasuk dalam jenis proksi IOS berdasarkan harga, yaitu percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang bertumbuh akan memiliki harga pasar saham yang lebih besar dari pada nilai buku sahamnya. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan yang menunjukan rasio MVE/BVE yang tinggi akan memiliki pertumbuhan ekuitas yang besar.
Perusahaan yang bertumbuh memiliki kebijakan yang berfokus pada pertumbuhan perusahaan. Porter (1980) dalam Utami (2007) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Hal ini merupakan berita baik bagi investor, sehingga perusahaan bertumbuh akan direspon positif oleh pasar (Utami, 2007).
Sedangkan hasil perhitungan rata-rata realisasi pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4 memperlihatkan rata-rata realisasi pertumbuhan perusahaan. Dari tabel dapat dilihat rata-rata pertumbuhan aktiva perusahaan selama 3 tahun. Terdapat 47 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 6 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada rata-rata pertumbuhan ekuitas selama 3 tahun terdapat 51 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 2 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan rata-rata pertumbuhan penjualan selama 3 tahun terdapat 51 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 2 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada rata-rata pertumbuhan laba selama 3 tahun terdapat 37 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 16 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Peluang investasi (IOS) rata-rata mengarah ke investasi aktual, oleh karena itu mempengaruhi pertumbuhan sesungguhnya dalam periode 3-5 tahun.

E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai hubungan Investment Opportunity Set (IOS) berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :
i) Pengujian hipotesis pertama menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku saham yang konsisten dengan hasil penelitian Sari (2002) sehingga perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku saham merupakan salah satu proksi Investment Opportunity Set (IOS) yang dapat menunjukan pertumbuhan suatu perusahaan.
j) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua, ketiga dan keempat penelitian ini berhasil membuktikan adanya korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan aktiva, ekuitas dan penjualan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fijrijanti, Tettet, dan Hartono (2000) serta Rokhiyati (2005) yang menunjukan bukti empiris adanya korelasi postif signifikan antara MVEBVE dengan realisasi pertumbuhan aktiva dan penjualan secara konsisten.
k) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima, penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi laba. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh variabilitas laba yang cukup tinggi dan pembagian laba yang lebih besar terhadap deviden dibandingkan dengan retained earnings.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini yaitu:
l) Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan alternatif proksi IOS yang lebih banyak sehingga dapat mengobservasi IOS lebih detail.
m) Hendaknya panelitian yang akan datang dapat menambah jumlah sampel perusahaan yang berasal dari berbagai sektor dan dilakukan dalam periode tahun yang lebih banyak
n) Hendaknya penelitian dilakukan lebih mendetail memperhitungkan faktor-faktor lain seperti pembagian dividen, penambahan aktiva dan lain sebagainya.
o) Hendaknya penelitian yang akan datang menjelaskan tentang korelasi antara IOS dengan faktor-faktor lain seperti kebijakan pendanaan, dividen, dan perubahan harga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Fijrijanti, Tettet, dan Jogiyanto Hartono M. 2000. Analisis Korelasi Pokok IOS Dengan Realisasi Pertumbuhan, Kebijakan Pendanaan dan Deviden. Simposium Nasional Akuntansi III . Jakarta.

Gaver, Jennifer J., & Kenneth M.Gaver. 1993. Additional Evidence on The Association between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, dividend, and Compensation Policies. Journal of Accounting and Economics. 16. (http://www.elsevier.com/)

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. AMP, YKPN. Yogyakarta.

IAI.2004. “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba.

Keown J, Arthur, David F. Scott Jr, John D Martin dan J. William Petty. 1996.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Makky, Resianty Dhini. Analisis Set Kesempatan Investasi Periode Sebelum Krisis dan Pada Krisis (Tahun1996 & Tahun 1998) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi FE.

Prasetyo, Adi. 2000. Asosiasi Antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Deviden, Kebijakan Kompensasi, Beta dan Perbedaan Reaksi Pasar: Bukti Empiris Dari Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III. Jakarta.

Parawiyati, Ambar Woro Hastuti dan Edi Subiyanto. 2000. Penggunaan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keuntungan Investasi Bagi Investor di Pasar Modal. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3, No. 2. Juli: 214-228.

Rokhayati, Isnaeni. 2005. Analisis Hubungan Investment Oppurtunity Set (IOS) dengan Realisasi Pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen di Bursa Efek Jakarta. SMART. Vol 1 No 2.

Sari, Dinna Nurmalita. Analisis Investment Opportunity Set (IOS) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEJ. Skripsi FE. Universitas Lampung. Lampung.

Subekti, Imam dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan.

Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 4. No 1.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UMP AMP YKPN.
Utami, Sih Widhi. 2007. Asosiasi antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan kebijakan pendanaan, kebijakan deviden, dan Implikasinya Terhadap Perubahan Harga Saham.Skripsi FE. Universitas Brawijaya.Malang.

Winarni, Yuli. 2003. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Earning Per Share Pada Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 4, No. 1. April.

Wijayanti, Ajeng 2006. Reaksi Pasar Modal Terhadap Potensi Pertumbuhan Perusahaan Publik di Indonesia.Skripsi FE.Universitas Brawijaya. Malang.
--------, www.jsx.co.id

sumber: http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202010./JAK/JAk%20Juli%202009.pdf

Perokok Pasif Rentan Hipertensi

Posted: Selasa, 03 Mei 2011 by Tri Suciyati in
0

Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang terkena dampak asap rokok akan lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi.

"Anak-anak yang tergolong perokok pasif, khususnya laki-laki, akan lebih rentan terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan anak peerempuan," ujar peneliti dalam sebuah studi yang dilansir dari Daily Mail.

Dalam studi pertaman, para peneliti menemukan bahwa anak laki-laki yang menghirup asap rokok pasif di rumah mungkin akan mengalami penikantan tekanan darah tinggi yang signifikan. Namun, pada anak perempuan, merokok pasif tampaknya dikaitkan dengan penurunan tekanan darah.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 6.400 anak itu menunjukkan, anak laki-laki berusia 8-17 tahun yang terpapar asap tembakau memiliki tyekanan darah yang secara signifikan lebih tinggi dibanding mereka yang tidak menghirup asap rokok.

Asap paparan itu terkait dengan tekanan darah sistolik, yang berhubungan dengan lonjakan darah setiap kali jantung berkontraksi.

Peneliti AS Dr Jill Baumgartner, dari University of Minnesota, mengatakan, penemuan ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa sesuatu tentang jenis kelamin perempuan dapat memberikan perlindungan dari perubahan vaskular berbahaya karena terpapar perokok pasif.

Sedangkan tekanan darah anak-anak yang hidup dengan perokok meningkat sebesar 1,6 milimeter merkuri dalam anak laki-laki, tetapi diturunkan dengan 1,8 milimeter pada anak perempuan.

"Sementara peningkatan tekanan darah diamati di antara anak laki-laki dalam penelitian kita tidak mungkin secara klinis bermakna bagi anak individu, mereka memiliki implikasi besar untuk populasi," kata Dr Baumgartner.

Dr. Baumgartner menambahkan, hubungan antara paparan asap kedua tangan dan tekanan darah yang diamati dalam studi kami memberikan insentif lebih lanjut bagi pemerintah untuk mendukung larangan merokok dan undang-undang lain yang melindungi anak-anak dari perokok pasif.

Sementara itu, temuan yang dipaparkan pada pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di Denver, Colorado, AS menyebutkan, para peneliti menganalisis data dari empat survei kesehatan yang dilakukan antara 1999 dan 2006 oleh Pusat Pengendalian Penyakit AS dan Pencegahan.


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/wah-perokok-pasif-rentan-hipertensi-153900033.html

Agar Cepat Dapat Jodoh

Posted: by Tri Suciyati in
0

Anda sulit mendapatkan pasangan, padahal umur tak lagi muda? Mungkin kesalahannya ada pada diri Anda. Berikut ini rahasia agar jodoh cepat datang.

Dikutip dari Sheknows, kebahagiaaan adalah kunci utama dalam mendapatkan jodoh. Jangan sampai Anda kehilangan kebahagiaan hanya karena berstatus lajang. Ketidakbahagiaan Anda justru semakin membuat Anda makin sulit mendapatkan pasangan. Berikut alasan mengapa kebahagiaan dapat melancarkan proses pencarian jodoh Anda:

1. Kebahagiaan dapat membangkitkan kepercayaan diri
Siapapun pasti tertarik dengan seseorang yang percaya diri. Kepercayaan diri membuat semua orang terlihat lebih menarik, karena mereka tidak ragu menampilkan segala kualitas yang ada dalam dirinya. Perasaan bahagia membuat seseorang lebih yakin dengan dirinya, sehingga terlihat lebih menarik.

2. Berpikiran positif
Kebahagiaan akan membuat pikiran kita lebih bersih. Pikiran-pikiran positif pun muncul. Pikiran itu kemudian mendorong munculnya motivasi yang positif pula, termasuk dalam hubungan. Hal tersebut akan membuat lawan jenis Anda menjadi tertarik.

3. Membuka diri
Salah satu syarat berbahagia adalah memaafkan. Masih membiarkan trauma masa lalu menghantui adalah salah satu tanda Anda belum berbahagia sepenuhnya. Hasilnya, Anda justru sulit membuka diri pada orang lain, bahkan menolak mereka. Alhasil, jodoh pun semakin menjauh.

Selamat berbahagia!


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/agar-cepat-dapat-jodoh.html

Bahaya! Mandi Air Panas Bisa Bikin Gagal Jantung

Posted: by Tri Suciyati in
4

Berendam di air panas saat cuaca dingin memang nyaman. Berdasar studi terbaru, kebiasaan ini bisa berujung fatal. Gagal jantung mengintai pemilik kebiasaan ini.

Studi tim peneliti yang dipimpim Chika Nishiyama dari Kyoto Prefectural University of Medicine School of Nursing ini mengungkapkan, kasus gagal jantung saat mandi meningkat 10 kali lipat di musim dingin dibandingkan musim panas.

Fakta ini penting bagi masyarakat Jepang, mengingat sebagian besar penduduknya senang mandi air panas selama berjam-jam guna menenangkan diri setelah sibuk beraktifitas.

Di Jepang, banyak orang berlama-lama mandi air panas karena rumah tradisional Jepang tak tertutup dengan baik layaknya rumah di Barat. "Selain itu, alat pemanas yang ada jarang digunakan," papar Nishiyama. Seperti dikutip Straits Times.

Nishiyama dan tim menggunakan data 11.000 kasus gagal jantung 2005-2007 di prefektur Osaka barat sebagai dasar studi. Berdasarkan data itu, 22% kasus terjadi dalam keadaan tidur dan 9% saat sedang mandi. Sekitar 3% mengalami gagal jantung saat beraktivitas kerja dan 0,5% saat sedang berolahraga.

Diketahui, sebanyak 54 kasus gagal jantung pada 10 juta orang terjadi saat sedang berendam. Kemudian, 10 kasus dari 10 juta orang terjadi saat berolahraga.


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/bahaya-mandi-air-panas-bisa-bikin-gagal-jantung-001100706.html