Rekonstruksi Kerangka Dasar Konseptual Untuk Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Syariah 1

Posted: Minggu, 29 Mei 2011 by Tri Suciyati in
0

Paradigma Akuntansi Syariah

Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatata transaksi dan pelaporan keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Akuntansi syariah (shari’a accounting) menurut Karim (1990) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dan berarti, terutama mengenai kerangka teori yang mendasari dituntur mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Karim(1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.
Demikian halnya dengan kontruksi akuntansi konvensional menjadi akuntansi Islam (syariah) yang lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam kehidupan sosial-ekonomi (Hammed:1997). Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari system ekonomi dan keuangan Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam ranah akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan informasi kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Hasyshi: 1986; Baydoun dan Willet, 2000 serta Harahap, 2001).

Kerangka konseptual akuntansi syariah sebagaimana telah dikemukakan di atas dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam. Epistimologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan, secara harfiah epistimologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan (Suria Sumantri, 1991). Dalam lingkup filsafat ilmu, epistimologi mengandung pengertian sebagai metode memperoleh pengetahuan agar memiliki karakteristik, kebenaran, dan nilai-nilai tertentu sebagai ilmu (Chalmers, 1991).
Dalam konteks epistimologi sebagai metode memperoleh pengetahuan ilmu, epistimologi Islam diperlukan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami. Epistimologi Islam adalah metode memperoleh pengetahuan ilmu yang Islami melalui proses penalaran yang sistematis, logis dan sangat mendalam menggunakan “ijtihad” yang dibangun atas kesadaran sebagai khalifatullah fii-ardl (lihat Syafi’i, 2000 dan Triyuwono, 2000).
Akuntansi syariah dapat dikategorikan sebagai pengetahuan ilmu dalam bidang akuntansi yang memiliki karakteristik, kebenaran dan nilai-nilai Islami, yang digali menggunakan epistimologi Islam. Kerangka konseptual akuntansi syariah dikembangkan menggunakan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the syaria’ah paradigm) sebagaimana dikemukakan oleh Haniffa (2001:11) dan disajikan dalam gambar 1 Prinsip Dasar Paradigma Syariah.

Prinsip dasar paradigma syariah merupakan multi paradigma yang holistic, mencakup keseluruhan dimensi wilayah mikro dan makro dalam kehidupan manusia yang saling terkait. Pertama, dimensi mikro prinsip dasar paradigma syariah adalah individu yang beriman kepada Allah SWT (tauhid) serta mentaati segala aturan dan larangan yang tertuang dalam Al-Qur’an,Al Hadits, Fiqh, dan hasil ijtihad. Landasan tauhid diperlukan untuk mencapai tujuan syariah yaitu menciptakan keadilan sosial (al a’dl dan al ihsan) serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Pencapaian tujuan syariah tersebut dilakukan menggunakan etika dan motal iman (faith), taqwa (piety), kebaikan (righteoneus/birr), ibadah (worship), tanggungjawab (responsibility/fardh), usaha (free will/ikhtiyar), hubungan dengan Allah dan manusia (Habluminallah dan Habluminannas), serta barokah (blessing).

Kedua, dimensi makro prinsip syariah adalah meliputi wilayah politik,ekonomi dan sosial. Dalam dimensi politik, menjunjung tinggi musyawarah dan kerjasama. Sedangkan dalam dimensi ekonomi, melakukan usaha halal, mematuhi larangan bunga, dan memenuhi kewajiban zakat. Selanjutnya dalam dimensi sosial yaitu mengutamakan kepentingan umum dan amanah.
Tauhid (Keimanan kepada Allah SWT)
Lebih lanjut Haniffa (2001:18) mengemukakan bahwa berdasarkan prinsip dasar paradigma syariah (the fundamental of the shari’ah paradigm) tersebut pada gambar 1 di atas kemudian dikembangkan kerangka konseptual akuntansi syariah (a conceptual framework for Islamic accounting)
Dalam kerangka konseptual akuntansi syariah tersebut di atas, dinyatakan bahwa tujuan diselenggarakannya akuntansi syariah adalah mencapai keadilan sosial-ekonomi; dan sebagai sarana ibadah memenuhi kewajiban kepada Allah SWT, lingkungan dan individu melalui keterlibatan institusi dalam kegiatan ekonomi. Produk akhir teknik akuntansi syariah adalah informasi akuntansi yang akurat untuk menghitung zakat dan pertanggungjawaban kepada Allah SWT dengan berlandaskan moral, iman dan taqwa.
Dengan demikian dalam hal akuntansi syariah sebagai alat pertanggungjawaban, diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full disclousure. Laporan keuangan akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menstimuli perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Jenis laporan keuangan akuntansi syariah yang memenuhi criteria ini menurut Harahap (2000) meliputi”

Motivasi para pakar dan akademisi akuntansi terutama dari kalangan orang-orang Muslim guna mengkaji dan mengembangkan akuntansi syariah semakin meningkat. Setelah mengetahui beberapa peneliti (Gray, 1988; Perera, 1989; Hamid et al., 1993; Baydoun dan Willet, 1994) yang menguji hubungan antara budaya, religi dan akuntansi, menyatakan bahwa budaya secara umum dan Islam secara khusus mempengaruhi bentuk-bentuk akuntansinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Gaffikin dan Triyuwono (1996) akuntansi adalah refleksi dari sebuah realitas yang idealnya dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai dan etika. Nilai-nilai dan etika orang Muslim adalah syariah, maka alternatif terbaik pengembangan akuntansi syariah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah. Untuk memahami pengertian akuntansi syariah, dapat mengacu pada definisi akuntansi syariah yang dikemukakan oleh Hameed (2003) yaitu:
Berangkat dari definisi-definisi akuntansi tersebut di atas, akuntansi syariah dalam arti sempit dapat didefinisikan sebagai berikut: “Akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan memilih alternative-alternatif tindakan bagi para pemakainya”. Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kam (1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar kontruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.


Falsafah akuntansi syariah

Dalam elemen filosofi dasar ini yg menjadi sumber kebenaran dari nilai akuntansi syariah adalah dari Allah SWT sesuai dengan faham tauhid yang di anut islaam. Allah lah yg menjadi sumber kebenaran, pedoman hidup dan sumber hidayah yg akan membimbing kita sehari hari dalam semua aspek kehidupan kita .

Seperti halnya yang ditegaskan oleh Prof.Dr Umar Abdullah Zaid bahwasanya dalam Akuntansi dipahami oleh banyak orang , sekedar mencakup masalah perdagangan ,industri, keuangan, manajemen, pertanian ,pemerintahan dan lain-lain.Namun lagi-lagi salah satu elemen penting darti falsafah Akuntansi syariah adalah refleksi atas hasil yang telah dicapai oleh peran manusia dalam kekhalifahan di muka bumi

Dibalik sekian panjang perncatatan transaksi – transaksi dari mulai daftrarul yaumiyah atau jurnal umum hingga mengeluarkan sebuah laporan keuangan yang selanjutnya akan jadi bahan pertimbangan penting bagi para stakeholder maka ia bukan sebuah amanah yang dapat dipandang sebelah mata oleh seorang akuntan muslim

oleh Prof Dr Umar Abdullah Ziad dan nilai seperti ihsan ,amanah , siddiq , cerdas, dan tabligh atau menyampaikan seperti yang terangkum dalam konsep ESQ 165 .Selayaknya bak ibarat batu pijakan tiap akuntan muslim yang berjihad di atas jalan panjang da’wah ini .

Dan semua Falsafah spritual Akuntansi Shariah bermula dari kejernihan iman lalu dari sana ia mempu menyalakan akal .Kolaborasi keduanya plus gelora nurani dan ketajaman mata hati ,secara utuh melahirkan insan yang tak dilalaikan oleh jual beli dari Rabbnya Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui kemudian ia mendirikan shalat sebagai sandaran yang istirahatnya terlepas sudah berbongkah-bongkah lelah dan gelisah ,maka zakat pun tak lupu ia tunaikan sebagai bentuk ibadah yang mensucikan pokok kehidupan dengan elegan dan menyuburkan ikatan sosial pada sesama .

Tujuan laporan keuangan syariah

Menyediakan informasi yg menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yg bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan lainnya adalah :

1. meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam setiap transaksi dan kegiatan usaha.
2. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset, kewajiban, pendapoatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada yg dalam perolehan dan penggunaannya.
3. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keunmtungan yg layak
4. informasi mengenai keuntungan investasi yg di peroleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer dan inform,asi mengenai pemenuhan kewajiban. (obligation) fungsi social entitas syariah. Termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian.

Tujuan akuntansi syariah

Segala aturan yg diturunkan ALLAH SWT dalam sistem islam mengarah pada tercapainya kebaikan kesejahteraan. Keutamaan serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan dan kerugian pada seluruh ciptaannya. Dan di ekonomi untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

3 sasaran hukum islam yg menunjukan islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dan isinya.
- Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya
- Tegaknya keadilan didalm masarakat.
- Tercapainya maslahah (puncak sasaran)
Selamat agama, jiwa, akal, keluarga dan keturunannya, harta benda


Tujuan akuntansi syariah

Mulawarman (2007a; 2007b) dengan demikian adalah merealisasikan kecintaan utama kepada Allah SWT, dengan melaksanakan akuntabilitas ketundukan dan kreativitas, atas transaksi-transaksi, kejadian-kejadian ekonomi serta proses produksi dalam organisasi, yang penyampaian informasinya bersifat material, batin maupun spiritual, sesuai nilai-nilai Islam dan tujuan syariah.

Asumsi dasar


Untuk mencapai tujuannya , laporan keuangan disusun atas dasar akrual, dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas di terima atau dibayar) dan di ungkapkan dalam catatan akuntansi serta di laporkan dal;am laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melebatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pemabyaran kas di masa depan serta sumberdaya yang merepresentasikan kas yang akan di terima dimasa depan. Oleh karena itu lapoiran keuangan menyediakan informasi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam keputusan ekonomi. Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil. Pendapatan atau keuntungan yang di maksud adalah keuntungan bruto (GROSS PROFIT).

Kelangsungan usaha , laporan keuangan biasanya disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu entitas di asumsikan tidak bermaksud mengurangi secara material skala usahanya . jika maksud itu timbul , laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar nya harus di ungkakan.

Laporan keuangan syariah

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:

(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) dana syirkah temporer;
(d) ekuitas;
(e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
(f) arus kas;
(g) dana zakat; dan
(h) dana kebajikan.
Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnyayang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantupengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
(a) Neraca;
(b) Laporan Laba Rugi;
(c) Laporan Arus Kas;
(d) Laporan Perubahan Ekuitas;
(e) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
(f) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dan
(g) Catatan atas Laporan Keuangan.

Standard akuntansi keuangan Syariah

Dalam upaya untuk mendorong tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang seragam dan pengembangan produk yang selaras antara aspek syariah dan kehati-hatian, pada tahun laporan telah dilakukan pembahasan bersama pihak terkait didalam Komite Akuntansi Syariah dimana Bank Indonesia sebagai salah satu anggotanya bersama Ikatan Akuntan Indonesia dan pihak lainnya.

Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntasi berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar Standar Akutansi Keuangan yang juga akan berlaku bagi perbankansyariah :

(1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(2) PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
(3) PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Murabahah,
(4) PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam,
(5) PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Istishna’,
(6) PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Mudharabah,
(7) PSAK 106 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Musyarakah.

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik.

Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka mengakomodir perbedaan esensi antara operasional Syariah dengan praktek perbankan yang telah ada (konvensional). Untuk itulah maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan berbagai standar akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan pelatihan pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI.

Sejak tahun 2001 telah dilakukan berbagai kerjasama penyusunan standard dan pedoman akuntansi untuk industri perbankan syariah termasuk penyelesaian panduan audit perbankan syariah, revisi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 dan revisi Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Dengan semakin pesatnya perkembangan industri perbankan syariah maka dinilai perlu untuk menyempurnakan standar akuntansi yang ada. Pada tahun 2006, IAI telah menyusun draft Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Draft ini diharapkan dapat ditetapkan menjadi standar pada tahun 2007.

Dalam penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakukan IAI dengan bekerjasama dengan Bank Indonesia, DSN serta pelaku perbankan syariah dan dengan mempertimbangkan standar yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional yaitu AAOIFI. Hal ini dimaksudkan agar standar yang digunakan selaras dengan standar akuntansi keuangan syariah internasional.

Badan yang menerbitkan standar akuntansi islam pada saat ini adalah the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) yang didirikan sejak 1991 di Bahrain. Sampai dengan saat ini telah diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang akuntansi, auditing, governance dan etika, seperti tertera pada tabel 2. Anggota Technical Board AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan 115 anggota yang mewakili 27 negara. Saat ini juga sedang disusun program Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang akan segera disebarluaskan ke beberapa negara (Alchaar, 2006).

Standar Akuntansi yang Telah Diterbitkan AAOIFI
Accounting
Financial Accounting Statements

• Objective of Financial Accounting of Islamic Banks and Financial Institutions
• Concepts of Financial Accounting for Islamic Banks and Financial Institutions
Financial Accounting Standards
• General Presentation and Disclosure in the Financial Statements of Islamic Banks and Financial Institutions
• Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
• Mudaraba Financing
• Musharaka Financing

• Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners' Equity and Investment Account Holders and Their Equivalent
• Salam and Parallel Salam
• Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
• Istisna'a and Parallel Istisna'a
• Zakah
• Provisions and Reserves
• General Presentation and Disclosure in Financial Statements of Islamic Insurance Companies
• Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or Deficit in Islamic Insurance Companies
• Investment Funds

• Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
• Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
• Investments
• Islamic Financial Services offered by Conventional Financial Institutions
• Contributions in Islamic Insurance Companies (New)
• Deferred Payment Sale
• Disclosure on Transfer of Assets (New)
• Segment Reporting (New)

Auditing

• Objective and Principles of Auditing
• The Auditor's Report
• Terms of Audit Engagement
• Testing by an External Auditor for Compliance with Shari'a Rules and Principles by an External Auditor
• The Auditor's Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit to Financial Statements (New)
Governance
• Shari'a Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
• Shari'a Review
• Internal Shari'a Review
• Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
Ethics
• Code of Ethics for Accounting and Auditors of Islamic Financial Institutions
• Code of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions
Sumber: AAOIFI. 2006.


sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&ved=0CDEQFjAE&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F24927445%2F2030256032%2Fname%2Fmodul%2Bsesi%2B5.doc&rct=j&q=Akuntansi%20Syariah&ei=8xvjTZy-KIu4sQOdnbUW&usg=AFQjCNGOLo2rE58iGs_gZTIlj3bfSfBBzA&sig2=s6gyS-VRUis5l9Cg2M7PlQ&cad=rja

AKUNTANSI SDM

Posted: by Tri Suciyati in
0

Penilaian Personil (Personal Assessment)
- adalah suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi tentang individu
- Informasi ini digunakan untuk membuat keputusan terkait dengan karier tentang pelamar dan karyawan
- Penilaian dilaksanakan untuk beberapa tujuan spesifik.
- Sebagai contoh, anda, sebagai seorang yang memiliki lapangan pekerjaan, boleh melakukan penilaian personil untuk memilih karyawan untuk suatu pekerjaan. Penasihat Karier boleh melakukan penilaian personil untuk menyediakan bimbingan karier kepada klien.
- Tujuan, mis. seleksi, penempatan, promosi, konseling karir, atau pelatihan
- Pengukuran mis. Mengukur kemampuan, ketrampilan, gaya bekerja, nilai-nilai kerja, atau minat kejuruan
- Peramalan mis. Performa pekerjaan, potensi manajerial, sukses karier, kepuasan kerja, atau masa jabatan
- Format, mis. Paper-And-Pencil, Work-Sample, atau simulasi komputer
- Tingkat standardisasi, obyektifitas, dan quantifiability Bervariasi pada bermacam-macam tes .
- Sebagai contoh, ada evaluasi yang subjektif, tes prestasi yang sangat terstruktur, wawancara yang mempunyai bermacam-macam derajat tingkat struktur, dan inventori kepribadian yang tidak memiliki jawaban yang benar atau salah
- Semua alat asessment yang digunakan untuk membuat keputusan tentang ketenagakerjaan, dengan mengabaikan format mereka, tingkat standardisasi, atau obyektifitas, merupakan penilaian yang profesional dan standard sah berdasarkan hukum.
- Sebagai contoh, evaluasi suatu resume dan penggunaan suatu tes prestasi yang sangat distandardisasi harus mematuhi ketentuan hukum yang berlaku.
- Alat Penilaian yang hanya digunakan semata-mata untuk eksplorasi karier atau menasihati pada umumnya tidak memiliki standard yang sah atau memiliki undang-undang yang sama

Kenapa organisasi melakukan assessment?
- Seleksi
- Penempatan
- Pelatihan Dan Pengembangan
- Promosi
- Eksplorasi Karier Dan Bimbingan
- Evaluasi Program

Situasi dimana organisasi mendapatkan keuntungan dari tes
- Pemilihan Atau Prosedur Penempatan yang mengakibatkan lemahnya pengambilan keputusan dalam menerima pekerja.
- Produktivitas Karyawan yang rendah.
- Kesalahan karyawan yang mengakibatkan masalah serius dalam hal keuangan, kesehatan dan keselamatan.
- Ada ketidakhadiran atau turnover karyawan tinggi.
- Penilaian Prosedur yang ada tidak terstandardisasi secara profesional

Prinsip-prinsip Assessment
- gunakan instrument assessment sesuai dengan tujuan
- gunakan pendekatan whole-person
- jangan bergantung pada tes dalam membuat keputusan

Beberapa komponen dalam assessment
- observasi
- evaluasi resume
- kuesioner
- biodata
- Wawancara
- tes performa/work sample
- tes achievement
- tes kemampuan umum
- tes kemampuan khusus
- tes kemampuan fisik
- inventori kepribadian
- inventori integritas dan kejujuran
- inventori work values
- tes obat dan kesehatan

Sumber: http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CDIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fimages.hilmia07.multiply.multiplycontent.com%2Fattachment%2F0%2FSjRl3goKCIAAAGCFAek1%2Fpersonal%2520assessment.ppt%3Fnmid%3D255311627&rct=j&q=Akuntansi%20SDM&ei=xBnjTcDsJ4nSsAPf6JkW&usg=AFQjCNGFhq9QR_N6_QLsEMIVODYS79zjFw&sig2=faWRjOdlyrkp2rh7CntZkQ&cad=rja

0

LATAR BELAKANG



Di dunia internasional, International Financial Reporting Standards (IFRS) telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hongkong, Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya.



IFRS dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS telah dipilih baik secara nasional maupun internasional, jadi kita harus sejauh mungkin menguasainya. Selain itu penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia.



Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing perusahaan nasional di kancah persaingan global. Bahkan di tahun 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.



Rencana Indonesia untuk memberlakukan Standar Konvergensi IFRS melalui tiga tahapan pengadopsian dinilai banyak kalangan sudah tepat karena masih banyak perusahaan yang belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang IFRS. Oleh karena itu untuk tahap pertama (2008-2011) Indonesia masih melakukan upaya pengadopsian IFRS. Tahapan pertama tersebut dilakukan karena Indonesia masih menggunakan standar auditing lokal. Tahapan pertama juga merupakan proses untuk mengadopsi keseluruhan IFRS ke PSAK, mempersiapkan infrastruktur dan mengevaluasi dampak-dampak apa saja yang akan terjadi pasca penerapan IFRS. Tahapan kedua dilakukan tahun 2011 untuk menuju persiapan akhir sebelum melakukan implementasi keseluruhan isi dari IFRS yang akan dilaksanakan pada tahun 2012. Tahapan ketiga adalah implementasi PSAK yang telah konvergen dengan IFRS.



Suka atau tidak, Indonesia harus menerapkan IFRS sebagai standar akuntansi yang bertaraf internasional. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.



Namun demikian dalam prakteknya beberapa perusahaan di Indonesia telah menerapkan IFRS lebih awal. Ambil contoh Indosat, Telkom, Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Astra International dan beberapa perusahaan lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan IFRS. Tentunya banyak pengalaman berharga yang dapat digali dari perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan IFRS sebagai bekal bagi perusahaan yang akan menerapkannya di tahun 2012.

Beberapa pertanyaan mengemuka di kalangan praktisi dunia usaha terkait dengan penerapan IFRS yang telah dilakukan beberapa perusahaan tersebut, seperti :
Sejauhmana penerapan IFRS mempengaruhi kebijakan dan strategi perusahaan?
Siapa yang sebenarnya menjadi pelaku dan penanggung jawab penerapan IFRS di perusahaan?
Aspek apa saja yang dapat terpengaruh oleh implementasi IFRS?
Bagaimana dampak implementasi IFRS terhadap perusahaan di sektor perbankan, telekomunikasi, manufaktur dan sektor lainnya?
Apakah semua sektor industri mendapat manfaat dari penerapan IFRS?
Apa saja yang harus menjadi fokus perhatian Dewan Komisaris, Direksi, Divisi Akuntansi, Divisi Bisnis, Divisi IT dan Divisi lain Audit sehingga mampu menyusun laporan keuangan perusahaan yang mengadopsi IFRS?
Apa saja yang harus menjadi fokus perhatian Dewan Komisaris dan Komite Audit sehingga mampu menjalankan fungsi oversight atas laporan keuangan perusahaan?

Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dan berbagai pertanyaan lain yang mengemuka dengan mengundang narasumber dari perusahaan yang telah menerapkan IFRS guna membahas secara mendalam implementasi IFRS yang telah dilakukan oleh perusahaan masing-masing sehingga dapat ditarik benang merah pengalaman berharga dari masing-masing perusahaan tersebut. Isu ini sangat penting untuk dipahami kalangan bisnis Indonesia khususnya jajaran stratejik perusahaan agar dapat memahami implikasi penerapan IFRS terhadap perusahaan secara menyeluruh.

sumber: http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=161074660598818

1

Einde Evana

ABSTRAK

The goal of this research is to prove empirically connection between IOS (Investment Opportunity Set) and growth realization. IOS proxy that is used in this research is proxy based on value that is market to book value of equity (MVEBVE). To prove IOS proxy validation, we earlier prove empirically that is significantly different between market value and book value.
The selection of samples is done by purposive judgment sampling method. This sample researches are 53 companies from 148 manufacture companies which are registered in Indonesian Stock Exchange. The researcher use paired sample t-test as analytical test to try the first hypothesis. Whereas to 2nd, 3rd, 4th and 5th IOS’ are correlated with growth realization by use one-tailed percent correlation. Growth realization of company is proxies by growth of assets, equity, sales and earnings.
The result of paired-sample t-test shows that there is significantly different between market value and book value so that proportion ratio of market value and book value can be used as IOS proxy that valid enough. Whereas the test result use one-tailed pearson correlation with significant rate (ά) : 1% shows that there is significant positive correlation between IOS and assets growth realization, equity and selling. For IOS correlation and earning growth realization there is positive correlation but not significant. It is maybe caused by earning assignment sample’s company for dividend is bigger than earning assignment for retained earning.
Key words : Investment Opportunity Set (IOS)


A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Sedikit sekali penelitian pasar modal yang diasosiasikan dengan struktur modal perusahaan, terutama dengan set peluang investasi. Kemudian muncul konsep baru dalam menilai suatu perusahaan dengan mengkombinasikan aset yang dimiliki dan opsi investasi di masa depan, yaitu konsep Investment Opportunity Set (IOS).
IOS merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa depan. Menurut Smith dan Watts (1992) dalam Hartono (2000) potensi pertumbuhan terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai kombinasi nilai set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set). Munculnya istilah IOS dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Hartono (2000) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan.
Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.
Penelitian Kallapur dan Trombley ditindaklanjuti oleh Sami et al. pada tahun 1999, Tettet Fijrijanti dan Jogiyanto Hartono (2000) serta Adi Prasetyo pada tahun 2000. Tabel 1 menunjukkan daftar penelitian empiris mengenai IOS yang disajikan secara lengkap.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penting sekali menilai suatu perusahaan terutama mengenai struktur modalnya. Dari struktur modal tersebut kita dapat melihat nilai buku dan nilai pasarnya. Dari sinilah kita dapat mengetahui apakah perusahaan tersebut bertumbuh atau tidak bertumbuh. Informasi ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Asosiasi antara IOS dan kinerja manajemen tercermin pada pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola manajemen (Subekti dan Kusuma, 2001). Realisasi pertumbuhan ini ditunjukkan melalui pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Utami, 2007). Nilai IOS suatu perusahaan juga mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan.
Dalam penelitian Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007), rasio yang diuji yaitu market to book value asset (MVABVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai perusahaan yang sedang bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya, market to book value of equity (MVEBVE) mencerminkan pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya, price to earning (PER), capital expenditure to book value asset (CAPBVA) dan capital expenditure to market value of asset (CAPMVA).
Bertitik tolak dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rasio antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan. Perbandingan antara nilai buku dan nilai pasar saham dapat digunakan sebagai pengukur perusahaan yang bertumbuh (growth) dan dapat memberikan kesempatan pilihan-pilihan investasi di masa datang bagi investor. Harga pasar saham merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu, sedangkan nilai buku merupakan nilai yang dicatat oleh perusahaan (Hartono, 2003). Dengan demikian investor dapat memiliki kesempatan berinvestasi yang menguntungkan dengan cara menganalisis pertumbuhan suatu perusahaan yang terlihat dari nilai buku dan nilai pasar saham perusahaan.
Dari pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi. Sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan sebuah proksi. Berbagai jenis proksi telah digunakan oleh banyak peneliti dalam studi empirisnya secara tidak seragam. Salah satu proksi IOS yaitu mengukur pertumbuhan perusahaan dengan memperbandingkan nilai pasar dan nilai buku saham. Menurut Hartono (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang bertumbuh memiliki rasio nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai buku sahamnya. Hal ini serupa dengan Charles P. Jones (1998) dalam Sari (2002) yang menyatakan bahwa rasio antara nilai pasar dan nilai buku saham perusahaan yang bertumbuh sama atau lebih dari satu.

B. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengertian IOS

Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007). Menurut Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan size perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu menghasilkan net present value positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS merupakan nilai perusahaan yang besamya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Komponen nilai perusahaan yang merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang merupakan set kesempatan investasi Myers (1976) dalam Utami (2007) IOS menunjukan opsi pertumbuhan bagi perusahaan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure dari manajer (Myers, 1976 dalam Utami, 2007). Opsi pertumbuhan tersebut bisa berupa investasi tradisional atau discretionary expenditure yang diperlukan untuk kesuksesan perusahaan seperti penelitian dan pengembangan teknologi baru (Jones dan Sharma, 2001 dalam Utami, 2007).

Klasifikasi Proksi IOS
IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (variabel laten), oleh karena itu diperlukan proksi. Hal ini didukung oleh Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007), yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi perusahaan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan. Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi set kesempatan investasi telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Proksi ini diklasifikasikan dalam tiga tipe (Gaver dan Gaver, 1993), yaitu:
Proksi berdasarkan harga (price-based proxies)
IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut: market to book value of asset, market to book value of equity, tobin’s q, ratio of property, plant and equipment to firm value, earnings to price ratios, ratio of depreciation to firm value dan firm value to book value property, plant and equipment.
Proksi berdasarkan investasi (investment-based proxies)
Proksi berbasis investasi menunjukkan bahwa tingkat aktivitas investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi juga akan memiliki tingkatan investasi yang tinggi, yang dikonversi menjadi aset yang dimiliki. Bentuk dari proksi ini merupakan suatu rasio yang membandingkan suatu investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Proksi IOS berbasis investasi yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah rasio capital expenditure to book value asset, rasio capital expenditure to market value of assets, rasio investment to net sales, rasio investment to earnings.
Proksi berdasarkan varian (variance measures)
Proksi ini mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian, diantaranya: variance of returns, the variance of asset deflated sales, asset betas.
Smith dan Watts (1992) dan Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwaterdapat alternatif proksi gabungan sebagai upaya untuk mengurangi adanya kesalahan pengukuran yang terdapat pada proksi dengan rasio individual. Alternatif dari proksi gabungan yang pernah dilakukan adalah dengan menggunakan analisis sensitivitas dengan menggunakan common factor analysis.
Penggabungan dari beberapa alternatif proksi IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk set kesempatan investasi.
Adanya berbagai macam proksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan bahwa selalu ada proksi yang tidak dapat digunakan. Hal ini menyebabkan belum adanya kesepakatan tentang proksi yang dapat mewakili IOS dengan baik.

Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 5 variabel proksi IOS yang dipakai oleh peneliti sebelumnya, yaitu; 1) rasio market to book value equity (MVE/BVE), 2) rasio market value to book value of assets (MVA/BVA), 3) rasio price to earning (PER), 4) rasio capital expenditure to assets book value (CAP/BVA), 5) rasio capital expenditure to assets market value (CAP/MVA).
Penggunaan nilai pasar dalam membentuk rasio IOS menurut Hartono (2000) sudah tepat karena nilai pasar dapat mengindikasikan adanya potensi kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berinvestasi di masa depan. Smith dan Watts (1992) dalam Utami (2007) menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki nilai rasio nilai pasar terhadap nilai bukunya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio MVA/BVA dan MVE/BVE berkorelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Kallapur dan Trombley (1999) dalam Utami (2007) juga menemukan bukti atas korelasi tersebut secara signifikan. Fijrijanti, Tettet, dan Hartono ( 2000) menunjukan arah korelasi positif antara rasio MVE/BVE dan MVA/BVA terhadap pertumbuhan aktiva secara konsisten.
Hasil penelitian Rokhiyati (2005) menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan sebesar 0,389 dan terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,708. Rasio MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas sebesar 0,667. Rasio CAPBVA terhadap pertumbuhan aset sebesar 0,377. Sedangkan hasil penelitian Utami (2007) menemukan bahwa MVE/BVE berkorelasi positif dengan pertumbuhan aktiva. Rasio MVA/BVA berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas.
Simpulan teori dan bukti empiris yang telah dipaparkan sebelumnya dapat menjadi acuan bahwa perusahaan yang berpotensi tumbuh mendapatkan respon positif dari pasar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Potensi pertumbuhan perusahaan ini dapat diketahui dari laporan keuangan. Oleh karena itu, saat publikasi laporan keuangan seharusnya pasar segera merespon informasi tersebut, kemudian menginterpretasi dan menganalisis informasi yang diterima lebih lanjut. Sehingga keputusan yang diambil tidak hanya cepat, namun memiliki nilai ekonomis dan keakuratan yang tinggi. Hal tersebut tergantung dari interpretasi investor terhadap informasi laporan keuangan.

Hipotesis
Atas dasar kerangka teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku saham.
H2 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan aktiva.
H3 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan ekuitas.
H4 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan penjualan.
H5 : Terdapat korelasi positif signifikan antara proksi IOS berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan laba.

C. METODE PENELITIAN
6. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sumber data yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia periode 2004 hingga 2006. Sumber data diperoleh dari (1) Indonesian Capital Market Directory 2004 - 2006 dan dari database BEI (www.jsx.co.id) (2) laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca dan laporan laba/rugi.
7. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2004-2006. Didasarkan pada metode purposive sampling, dengan kriteria pemilihan:
 Perusahaan telah terdaftar di BEI minimal sejak Januari 2004. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sampel yang berusia minimal 3 tahun (sampai dengan tahun 2006).
 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember berturut-turut selama periode 2004-2006. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.
 Laporan keuangan perusahaan sampel tidak menunjukkan adanya saldo total ekuitas dan laba yang negatif selama periode 2004-2006. Penggunaan ekuitas dan laba negatif menyebabkan proksi-proksi IOS menjadi bias dan tidak bermakna.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, hanya sebanyak 53 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian disajikan pada Tabel 2.
Operasionalisasi Variabel
a.. IOS berdasarkan nilai pasar dengan alternatif proksi harga:
MVE/BVE =
b. Perhitungan nilai buku per lembar saham yaitu:
NB/lb =
c. Variabel Realisasi Pertumbuhan Perusahaan
Masing-masing pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1) Pertumbuhan Aktiva = [total aktiva tahun X - total aktiva tahun X-1 ]: [total aktiva tahun X-1]
2) Pertumbuhan Ekuitas = [total ekuitas tahun X - total ekuitas tahun X-1 ]: [total ekuitas tahun X-1 ]
3) Pertumbuhan Penjualan = [total penjualan neto tahun X - total penjualan neto tahun X-1] : [total penjualan neto X-1]
4) Pertumbuhan Laba = [laba X - laba X-1] : [laba X-1]
(Fijrijanti dkk 2000)

Alat Uji
a. Pengujian Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis 1 digunakan uji paired sample t-test pada tingkat keyakinan 95% dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika sig > 0.05 maka Ha ditolak.
2. Jika sig < 0.05 maka Ha diterima.

b. Pengujian Hipotesis 2, 3, 4, dan 5

Pengujian terhadap hipotesis 2, 3 ,4 dan 5 dilakukan menggunakan alat uji Pearson Correlation dengan tingkat keyakinan 99%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1. Jika sig < 0,01 maka Ha diterima.
2. Jika sig > 0,01 maka Ha ditolak

D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel di atas menyajikan ringkasan hasil analisis statistik deskriptif atas variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Data di tabel 3 terdiri dari 5 kelompok yaitu (1) variabel IOS, (2) rata-rata realisasi pertumbuhan aktiva (2004-2006), (3) rata-rata realisasi pertumbuhan ekuitas (2004-2006), (4) rata-rata realisasi pertumbuhan penjualan (2004-2006), (5) rata-rata realisasi pertumbuhan laba (2004-2006).
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tabel 3 di atas, diperoleh sebanyak 53 sampel perusahaan manufaktur yang sesuai dengan kriteria sampling seperti telah dijelaskan pada Bab III. IOS (Investment Opportunity Set) yang diproksikan dengan rasio MVE/BVE menunjukan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Perusahaan dengan rasio MVE/BVE yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang besar. Berdasarkan hasil pada tabel 3 di atas, statistik deskriptif terhadap rasio MVE/BVE menunjukan nilai minimum sebesar 0,16, nilai maksimum sebesar 3,97, dengan rata-rata sebesar 1,3553. Berdasarkan nilai rata-rata yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan sampel secara umum memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukan dengan besarnya rata-rata pertumbuhan nilai pasar saham perusahaan yang hampir mendekati dua kali lipat apabila dibandingkan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Sedangkan realisasi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rata-rata total aktiva, ekuitas, panjualan, dan laba juga menunjukan hasil yang cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata dari masing-masing realisasi pertumbuhan yang bernilai positif.

Perhitungan Rasio Investment Opportunity Set (IOS)
Analisis IOS dalam penelitian ini dengan menggunakan salah satu bentuk proksi IOS yaitu hanya menggunakan sebuah rasio sebagai proksi IOS dalam menjalankan penelitian ini. Rasio yang digunakan yaitu perhitungan market to book value equity (MVE/BVE). Rumus MVE/BVE sebagai berikut :
MVE/BVE = (Jumlah lembar saham beredar X Harga Penutupan) Total Ekuitas
MVE/BVE sebagai nilai IOS dapat pula dihitung dengan cara membagi nilai pasar saham dengan nilai buku saham, sebagai berikut :
IOS = Nilai Pasar Saham
Nilai Buku Saham

Hasil Perhitungan MVE/BVE dapat dilihat pada Tabel 3.
Rasio dari market to book value of equity mencerminkan pasar yang menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku saham dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai bagaimana keadaan perusahaan tersebut, apakah termasuk dalam klasifikasi perusahaan bertumbuh (growth) atau perusahaan yang tidak bertumbuh (non growth).
Penelitian ini termasuk dalam jenis proksi IOS berdasarkan harga, yaitu percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang bertumbuh akan memiliki harga pasar saham yang lebih besar dari pada nilai buku sahamnya. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan yang menunjukan rasio MVE/BVE yang tinggi akan memiliki pertumbuhan ekuitas yang besar.
Perusahaan yang bertumbuh memiliki kebijakan yang berfokus pada pertumbuhan perusahaan. Porter (1980) dalam Utami (2007) menyatakan bahwa perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Hal ini merupakan berita baik bagi investor, sehingga perusahaan bertumbuh akan direspon positif oleh pasar (Utami, 2007).
Sedangkan hasil perhitungan rata-rata realisasi pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4 memperlihatkan rata-rata realisasi pertumbuhan perusahaan. Dari tabel dapat dilihat rata-rata pertumbuhan aktiva perusahaan selama 3 tahun. Terdapat 47 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 6 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada rata-rata pertumbuhan ekuitas selama 3 tahun terdapat 51 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 2 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan rata-rata pertumbuhan penjualan selama 3 tahun terdapat 51 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 2 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada rata-rata pertumbuhan laba selama 3 tahun terdapat 37 perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif dan 16 perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif. Peluang investasi (IOS) rata-rata mengarah ke investasi aktual, oleh karena itu mempengaruhi pertumbuhan sesungguhnya dalam periode 3-5 tahun.

E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai hubungan Investment Opportunity Set (IOS) berdasarkan nilai pasar dan nilai buku dengan realisasi pertumbuhan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :
i) Pengujian hipotesis pertama menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pasar dan nilai buku saham yang konsisten dengan hasil penelitian Sari (2002) sehingga perbandingan antara nilai pasar dan nilai buku saham merupakan salah satu proksi Investment Opportunity Set (IOS) yang dapat menunjukan pertumbuhan suatu perusahaan.
j) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua, ketiga dan keempat penelitian ini berhasil membuktikan adanya korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan aktiva, ekuitas dan penjualan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fijrijanti, Tettet, dan Hartono (2000) serta Rokhiyati (2005) yang menunjukan bukti empiris adanya korelasi postif signifikan antara MVEBVE dengan realisasi pertumbuhan aktiva dan penjualan secara konsisten.
k) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima, penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya korelasi positif signifikan antara IOS dengan realisasi laba. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh variabilitas laba yang cukup tinggi dan pembagian laba yang lebih besar terhadap deviden dibandingkan dengan retained earnings.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini yaitu:
l) Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan alternatif proksi IOS yang lebih banyak sehingga dapat mengobservasi IOS lebih detail.
m) Hendaknya panelitian yang akan datang dapat menambah jumlah sampel perusahaan yang berasal dari berbagai sektor dan dilakukan dalam periode tahun yang lebih banyak
n) Hendaknya penelitian dilakukan lebih mendetail memperhitungkan faktor-faktor lain seperti pembagian dividen, penambahan aktiva dan lain sebagainya.
o) Hendaknya penelitian yang akan datang menjelaskan tentang korelasi antara IOS dengan faktor-faktor lain seperti kebijakan pendanaan, dividen, dan perubahan harga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Fijrijanti, Tettet, dan Jogiyanto Hartono M. 2000. Analisis Korelasi Pokok IOS Dengan Realisasi Pertumbuhan, Kebijakan Pendanaan dan Deviden. Simposium Nasional Akuntansi III . Jakarta.

Gaver, Jennifer J., & Kenneth M.Gaver. 1993. Additional Evidence on The Association between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, dividend, and Compensation Policies. Journal of Accounting and Economics. 16. (http://www.elsevier.com/)

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. AMP, YKPN. Yogyakarta.

IAI.2004. “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Penerbit Salemba.

Keown J, Arthur, David F. Scott Jr, John D Martin dan J. William Petty. 1996.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Makky, Resianty Dhini. Analisis Set Kesempatan Investasi Periode Sebelum Krisis dan Pada Krisis (Tahun1996 & Tahun 1998) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi FE.

Prasetyo, Adi. 2000. Asosiasi Antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Deviden, Kebijakan Kompensasi, Beta dan Perbedaan Reaksi Pasar: Bukti Empiris Dari Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III. Jakarta.

Parawiyati, Ambar Woro Hastuti dan Edi Subiyanto. 2000. Penggunaan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi Keuntungan Investasi Bagi Investor di Pasar Modal. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 3, No. 2. Juli: 214-228.

Rokhayati, Isnaeni. 2005. Analisis Hubungan Investment Oppurtunity Set (IOS) dengan Realisasi Pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan Tidak Tumbuh Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen di Bursa Efek Jakarta. SMART. Vol 1 No 2.

Sari, Dinna Nurmalita. Analisis Investment Opportunity Set (IOS) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEJ. Skripsi FE. Universitas Lampung. Lampung.

Subekti, Imam dan Indra Wijaya Kusuma. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan.

Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 4. No 1.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UMP AMP YKPN.
Utami, Sih Widhi. 2007. Asosiasi antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan kebijakan pendanaan, kebijakan deviden, dan Implikasinya Terhadap Perubahan Harga Saham.Skripsi FE. Universitas Brawijaya.Malang.

Winarni, Yuli. 2003. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Earning Per Share Pada Perusahaan Tekstil di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 4, No. 1. April.

Wijayanti, Ajeng 2006. Reaksi Pasar Modal Terhadap Potensi Pertumbuhan Perusahaan Publik di Indonesia.Skripsi FE.Universitas Brawijaya. Malang.
--------, www.jsx.co.id

sumber: http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202010./JAK/JAk%20Juli%202009.pdf

Perokok Pasif Rentan Hipertensi

Posted: Selasa, 03 Mei 2011 by Tri Suciyati in
0

Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang terkena dampak asap rokok akan lebih mungkin menderita tekanan darah tinggi.

"Anak-anak yang tergolong perokok pasif, khususnya laki-laki, akan lebih rentan terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan anak peerempuan," ujar peneliti dalam sebuah studi yang dilansir dari Daily Mail.

Dalam studi pertaman, para peneliti menemukan bahwa anak laki-laki yang menghirup asap rokok pasif di rumah mungkin akan mengalami penikantan tekanan darah tinggi yang signifikan. Namun, pada anak perempuan, merokok pasif tampaknya dikaitkan dengan penurunan tekanan darah.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 6.400 anak itu menunjukkan, anak laki-laki berusia 8-17 tahun yang terpapar asap tembakau memiliki tyekanan darah yang secara signifikan lebih tinggi dibanding mereka yang tidak menghirup asap rokok.

Asap paparan itu terkait dengan tekanan darah sistolik, yang berhubungan dengan lonjakan darah setiap kali jantung berkontraksi.

Peneliti AS Dr Jill Baumgartner, dari University of Minnesota, mengatakan, penemuan ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa sesuatu tentang jenis kelamin perempuan dapat memberikan perlindungan dari perubahan vaskular berbahaya karena terpapar perokok pasif.

Sedangkan tekanan darah anak-anak yang hidup dengan perokok meningkat sebesar 1,6 milimeter merkuri dalam anak laki-laki, tetapi diturunkan dengan 1,8 milimeter pada anak perempuan.

"Sementara peningkatan tekanan darah diamati di antara anak laki-laki dalam penelitian kita tidak mungkin secara klinis bermakna bagi anak individu, mereka memiliki implikasi besar untuk populasi," kata Dr Baumgartner.

Dr. Baumgartner menambahkan, hubungan antara paparan asap kedua tangan dan tekanan darah yang diamati dalam studi kami memberikan insentif lebih lanjut bagi pemerintah untuk mendukung larangan merokok dan undang-undang lain yang melindungi anak-anak dari perokok pasif.

Sementara itu, temuan yang dipaparkan pada pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di Denver, Colorado, AS menyebutkan, para peneliti menganalisis data dari empat survei kesehatan yang dilakukan antara 1999 dan 2006 oleh Pusat Pengendalian Penyakit AS dan Pencegahan.


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/wah-perokok-pasif-rentan-hipertensi-153900033.html

Agar Cepat Dapat Jodoh

Posted: by Tri Suciyati in
0

Anda sulit mendapatkan pasangan, padahal umur tak lagi muda? Mungkin kesalahannya ada pada diri Anda. Berikut ini rahasia agar jodoh cepat datang.

Dikutip dari Sheknows, kebahagiaaan adalah kunci utama dalam mendapatkan jodoh. Jangan sampai Anda kehilangan kebahagiaan hanya karena berstatus lajang. Ketidakbahagiaan Anda justru semakin membuat Anda makin sulit mendapatkan pasangan. Berikut alasan mengapa kebahagiaan dapat melancarkan proses pencarian jodoh Anda:

1. Kebahagiaan dapat membangkitkan kepercayaan diri
Siapapun pasti tertarik dengan seseorang yang percaya diri. Kepercayaan diri membuat semua orang terlihat lebih menarik, karena mereka tidak ragu menampilkan segala kualitas yang ada dalam dirinya. Perasaan bahagia membuat seseorang lebih yakin dengan dirinya, sehingga terlihat lebih menarik.

2. Berpikiran positif
Kebahagiaan akan membuat pikiran kita lebih bersih. Pikiran-pikiran positif pun muncul. Pikiran itu kemudian mendorong munculnya motivasi yang positif pula, termasuk dalam hubungan. Hal tersebut akan membuat lawan jenis Anda menjadi tertarik.

3. Membuka diri
Salah satu syarat berbahagia adalah memaafkan. Masih membiarkan trauma masa lalu menghantui adalah salah satu tanda Anda belum berbahagia sepenuhnya. Hasilnya, Anda justru sulit membuka diri pada orang lain, bahkan menolak mereka. Alhasil, jodoh pun semakin menjauh.

Selamat berbahagia!


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/agar-cepat-dapat-jodoh.html

Bahaya! Mandi Air Panas Bisa Bikin Gagal Jantung

Posted: by Tri Suciyati in
4

Berendam di air panas saat cuaca dingin memang nyaman. Berdasar studi terbaru, kebiasaan ini bisa berujung fatal. Gagal jantung mengintai pemilik kebiasaan ini.

Studi tim peneliti yang dipimpim Chika Nishiyama dari Kyoto Prefectural University of Medicine School of Nursing ini mengungkapkan, kasus gagal jantung saat mandi meningkat 10 kali lipat di musim dingin dibandingkan musim panas.

Fakta ini penting bagi masyarakat Jepang, mengingat sebagian besar penduduknya senang mandi air panas selama berjam-jam guna menenangkan diri setelah sibuk beraktifitas.

Di Jepang, banyak orang berlama-lama mandi air panas karena rumah tradisional Jepang tak tertutup dengan baik layaknya rumah di Barat. "Selain itu, alat pemanas yang ada jarang digunakan," papar Nishiyama. Seperti dikutip Straits Times.

Nishiyama dan tim menggunakan data 11.000 kasus gagal jantung 2005-2007 di prefektur Osaka barat sebagai dasar studi. Berdasarkan data itu, 22% kasus terjadi dalam keadaan tidur dan 9% saat sedang mandi. Sekitar 3% mengalami gagal jantung saat beraktivitas kerja dan 0,5% saat sedang berolahraga.

Diketahui, sebanyak 54 kasus gagal jantung pada 10 juta orang terjadi saat sedang berendam. Kemudian, 10 kasus dari 10 juta orang terjadi saat berolahraga.


Sumber: http://id.berita.yahoo.com/bahaya-mandi-air-panas-bisa-bikin-gagal-jantung-001100706.html

Unesco Tetapkan Tari Saman Sebagai Warisan Budaya Dunia

Posted: Selasa, 19 April 2011 by Tri Suciyati in
0

Tari Saman yang berasal dari Provinsi Aceh akan diakui dan dikukuhkan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), sebagai warisan budaya dunia tidak benda pada 19 November 2011.

"Tari Saman akan diumumkan sebagai warisan budaya dunia tidak benda oleh UNESCO pada 19 November 2011," kata Kepala Badan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), I Gde Pitana, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, dengan diakuinya Tari Saman, maka sudah semakin banyak karya budaya bangsa Indonesia yang telah diakui UNESCO termasuk sebelumnya wayang, keris, batik, dan angklung.

UNESCO akan mengumumkan pengakuan terhadap Tari Saman sebagai warisan budaya dunia tidak benda (intangible heritage) di Bali.

"Untuk mendapatkan pengakuan ini perlu proses verifikasi yang panjang, dan ke masa depan kita targetkan warisan dunia milik Indonesia yang diakui UNESCO akan semakin banyak," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya telah mengupayakan berbagai hal untuk dapat mencatatkan Tari Saman sebagai warisan budaya dunia.

Perjuangan tersebut telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu hingga akhirnya Tari Saman akan segera diakui masuk dalam daftar warisan budaya dunia tidak benda (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).

Pihaknya mencatat warisan dunia sampai saat ini sudah sebanyak 890 situs dengan 689 berupa warisan budaya, 176 warisan alam, dan 25 campuran antara warisan budaya dan warisan alam.

Di antara jumlah itu, ia mengemukakan, warisan dunia yang dimiliki Indonesia sudah sebanyak 11 buah.

Dari 11 warisan dunia yang dimiliki Indonesia sebanyak empat di antaranya berupa alam, tiga cagar budaya, dan empat karya budaya tidak benda.

Untuk warisan dunia berupa alam, menurut dia, terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon (Banten), Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Taman Nasional Lorentz di Papua, dan hutan tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan).

Sementara untuk cagar alam yakni Kompleks Candi Borobudur yang diakui UNESCO sejak 1991, Kompleks Candi Prambanan (1991), dan situs prasejarah Sangiran.

Karya budaya takbenda milik Indonesia yang sudah dan akan diakui UNESCO, yakni wayang (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity, 2003), keris (masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity, 2005), batik (representatif list of the intangible cultural heritage of humanity, 2009), dan angklung (representative list of the intangible cultural heritage of humanity, 18 November 2010).

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/unesco-tetapkan-tari-saman-sebagai-warisan-budaya-dunia-20110418-082114-546.html

Mengumpat Bisa Mengurangi Rasa Sakit

Posted: by Tri Suciyati in
0

Sumpah serapah yang selama ini dianggap tabu, bisa jadi dianjurkan dalam dunia medis. Itu karena penelitian menemukan kalau umpatan memiliki efek obat penghilang rasa sakit yang kuat, terutama bagi orang yang jarang melakukannya.

Tim peneliti dari Keele University, Inggris, menguji teori ini pada mahasiswa yang tangannya dicelupkan pada air dingin. Saat memegangnya, mereka mengumpat dengan kata-kata kasar berulang kali.

Mereka kemudian diminta melakukan hal itu lagi, tetapi menggunakan frase yang lebih sopan sebagai gantinya. Para peneliti menemukan bahwa mahasiswa mampu menahan tangan dalam air es untuk lebih lama saat melakukan umpatan berulang-ulang. Hal ini menunjukan adanya hubungan antara umpatan dengan peningkatan toleransi rasa sakit.

Mereka juga menemukan bahwa efek tersebut empat kali lebih mungkin bekerja pada mahasiswa yang jarang melakukan umpatan. Tim percaya efek tersebut terjadi karena memicu respons "pertarungan atau pelarian".

Denyut jantung cepat mahasiswa yang mengulang umpatan menunjukkan peningkatan agresi. Dalam respons pertarungan klasik atau pelarian, bisa mengecilkan kelemahan dan mendukung toleransi rasa sakit menjadi lebih baik.

Hasil penelitian membuktikan bahwa mengumpat tidak hanya memicu respons emosional, tetapi juga fisik. Hal ini mungkin bisa menjelaskan mengapa terdapat sejarah kutukan berusia berabad-abad bahkan masih berlanjut hingga hari ini.

"Menyumpah, mengumpat atau apapun itu telah dilakukan selama berabad-abad dan bersifat universal dalam fenomena linguistik manusia," kata Dr. Richard Stephens, salah satu peneliti, seperti dikutip dari Telegraph.

Menurutnya mengutuk atau mengumpat membangkitkan pusat respons emosi pada otak, yang terdapat di otak bagian kanan. Sedangkan, sebagian besar produksi bahasa terjadi di otak bagian otak kiri.

''Penelitian kami menunjukkan alasan potensial mengapa sumpah serapah atau kutukan terus terjadi dan masih ada hingga hari ini," kata Dr. Richard.

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/mengumpat-bisa-mengurangi-rasa-sakit-073932292.html

KONVERGENSI PSAK ke IFRS

Posted: by Tri Suciyati in
0

PSAK No 58 adalah peryataan standar akuntansi keuangan tentang Operasi dalam Penghentian.
Isi dari peryataan ini (PSAK No 58 ) bertujuan untuk prinsip-prinsip pelaporan infornasi tentang operasi dalam penghentian, yang diterapkan untuk operasi dalam penghentian pada semua perusahaan. Suatu operasi dalam penghentian dapat dilepaskan secara keseluruhan atau sebagian demi sebagian, tetapi proses tersebut harus selalu dilaksanakan sesuai dengan suatu rencana keseluruhan untuk menghentikan operasi tersebut.
IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan laporaan keuangan yang diterima secara global. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara tersebut berasal.
Alasan perlunya standar akuntansi internasional :
• Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional
• Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
• Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
• Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS :
• Translasi Standar Internasional
• Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
• Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
• Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
Perbandingan IFRS dan PSAK (1)
IFRS
• S/d status 2006, terdiri 37 standar dan 20 interpretasi:
– 7 new standards IFRS
– 30 standar IAS
– 9 new Interpretation (IFRIC)
– 11 Interpretasi (SIC)
• Dimulai sejak 1974 (IAS)
• Lebih merupakan standar umum, hanya ada 4 standar khusus industry

PSAK
• S/d status 2006, PSAK s/d 2006, terdiri dari 59 standar dan 6 interpretasi, umumnya adari IAS, namun beberapa menggunakan referensi SFAS.
• Dikembangkan sejak 1994 (PAI)
• Ada banyak standar khusus industri (15 standar)
Perbandingan IFRS dan PSAK (2)
IFRS
• First time adoption of IFRS
• Share-based payment
• Business Combinations
• Insurance Contract
• Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
• Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
• Financial Instruments: Disclosures

PSAK
• Belum diadopsi.
• PSAK 53 belum adopsi IFRS 2, referensi menggunakan US SFAS 123.
• PSAK 22 belum mengadopsi IFRS 3, referensi menggunakan IAS 22 (1993).
• PSAK 28 dan 36, belum adopsi IFRS 4, referensi menggunakan US SFAS dan regulasi industri asuransi.
• PSAK 58 belum adopsi IFRS 5, referensi menggunakan IAS 35 (1998).
• PSAK 29 dan 33, belum adopsi IFRS 6, referensi US SFAS dan regulasi industri
• PSAK 31 dan 55, belum adopsi IFRS 7, referensi menggunaka IAS 30, US SFAS dan regulasi industri.
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Hambatan konvergensi biasanya muncul atas beberapa isu akuntansi dan pelaporan keuangan berikut:
• Pengakuan dan pengukuran:
- financial assets and derivative financial instruments,
- impairment losses,
- provisions,
- employee benefit liabilities,
-income taxes;
• Akuntansi Penggabungan Usaha
• Pengungkapan atas:
- related party transactions,
- segment information.
sasaran konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI:
1. Tahap adopsi (2008 – 2010)
Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, Persiapan infrastruktur yang diperlukan, Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap persiapan akhir ( 2008 – 2010)
Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan, Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap implementasi (2008 – 2010)
Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap, Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Sesuai dengan rodmap konvergensi PSAK ke IFRS (International Financial Reporting Standart) maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir (2011) setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 – 2010), setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS.
PSAK No 58 adalah PSAK yang berlaku efektif per 1 januari 2011
PSAK REf
PSAK 58
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual & Operasi yang Dihentikan IFRS 5
Non-current Assets Held for sale and Discontinued Operations


Sumber: http://gemmaaktuaria.com/?p=162


Nama : TRI SUCIYATI
NPM : 21207114
Kelas : 4EB05
Matkul : Akuntansi Internasional
Dosen : Haryono, SE

STANDAR AKUNTANSI dan HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI

Posted: by Tri Suciyati in
0

Standar Pelaporan Keuangan Internasional / Iternational Financial Reporting Standarts (IFRS). Standar akuntansi inetrnasional digunakan sebagai hasil dari: 1) perjanjian international atau politis, 2) kepatuhan secara sukarela, 3) keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi nasional.

Tujuan standar ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan intern perusahaan untuk periode – periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, yang dibuat pertama kalinya oeh IFRS mengandung informasi berkualitastinggi yang transparan bagi para pengguana dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan, menyediakan titk awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan terhadap IFRS dan dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Menurut Prof. Haim Falk menjelaskan ada empat keuntungan menggunakan standar akuntansi internasional:
1. Berkenaan dengan rekonsiliasi kepentingan – kepentingan khusus dari manajer – manajer yang bertanggung jawab bagi pelaporan keuangan dan kebutuhan pemakai informasi keuangan.
2. Keterbatasan kapasitas penerima informasi keuangan ntuk menginterplasikan informasi semacam itu secara tepat.
3. Kredibiltas keseluruhan proses pelaporan keuangan dan profesi akuntansi yang mendukungnya.
4. Adanya daya banding informasi keuangan yang diungkapkan adalah argument yang berkaitan dengan point diatas.

Internasionalisasi standar akuntansi mengalami hambatan yang disebabkan akuntansi masuk dalam ilmu sosial yang tidak terlepas dengan flesibilitas sehingga relative untuk diadaptasi. Menurut Fante mengidentifikasikan tiga hambatan standarisasi akuntansi internasional antara Negara – Negara maju antara lain:
1. Perbedaan latar belakan dan tradisi
2. Perbedaan kebutuhan dari berbagai lingkungan ekonomi
3. Tantangan standarisasi terhadap kedaulatan nasional

Kekuatan yang cenderung mendukung upaya penyusunan standar akuntansi dan pelaporan internasional diantaranya:
1. Analisis keuangan dan pialang di pasar modal
2. Kecenderungan perusahan besar mencari kebutuhan modal dari Negara lain
3. Tumbuhnya operasi – operasi bisnis multinasional
4. Persetujuan antar Negara yang mendorong berbagai bentuk harmonisasi
5. Meningkatnya road show para eksekutif ke berbagai Negara infestor
6. Survey
7. Mengglobalnya praktek akuntan professional ke berbagai Negara
8. Kebijakan dari organisasi kreditur yang mendorong digunakannya stndar internasional
9. Badan – badan pengawas para modal
10. Buku – buku teks

Beberapa Sejarah dalam penentuan standar akuntansi internasional
1. Tahun 1973 Kmite Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard Comunite = IASC)
2. Tahun 1977 Organisasi untuk kerja sama dan pembangunan ekonomi (Organization for economic Coorporation and development = OECD) mengeluarkan deklarasi investasi dalam perusaan multinasional yang berisi
3. Tahun 1977 Federasi Internasional Akuntan(International Federation of Accountant = IFAC)didirikan pada tahun yang sama pra ahli yang ditunjuk oleh dewan ekonomi dan social PBB mangeluarkan laporan yang terdiri 4 bagian standar international akuntan si dan pelaporan bagi perusahaan international
4. Komisi masyarakat Eropa mengeluarkan Direktif keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisai akuntansi eropa
5. Tahun 1987 Organisasi Interantional Komite pasar Modal (IOSCO) menyatakan dalam konferensi tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam praktik akuntansi dan audit
6. IASC dan IOSCO menyetujui suatu rencana kerj yang penyelesaiannya kemudian mengeluarkan IAS yang membentuk satu kelompok inti standar yang komprehensif
7. Tahun 1996 Komisi Pasar Modal AS (SEC) mengumumkan bahwa pihaknya “ mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan secepat mungkin, stadar akuntansi yang dapat digunakan untuk menyusu laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penawaran surat berharga lintas batas’.
8. Tahun 2001 IASB menggantikan IASC dan mengambil mengambil tanggung jawabnya per tanggal 1 April 2001. Standar IASB disebut Standar Pelaporan keuangan international (IFRS) dan termasuk dalamnya IAS yang dikeluarkan IASC
9. Tahun 2002 parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata perusahaan uni eropa yang tercatat sahamnya harus mengikutistandar IASB selambat – lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi.

HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) prakti akuntansi dengan menentukan batasan – batasan seberapa besar praktik – praktik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapa meningkatkan komparatibilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dri berbagai Negara.
Istilah harmonisasi dan standardisasi bebeda, standardisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi.
Penerapan standar internasional di dalam akuntansi bersifat sukarela dan tergantung, untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang menggunakan standar akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu standar internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktik yang ada dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional.
Dorongan internasional tehadap harmonisasi terbagi atas badan yang mewakili pemerintah dan badan yang mewakili profesi akuntansi atau pihak lain yang berkaitan. Dorongan internasional dalam harmonisasi akuntansi internasional antara lain:

1. International Accounting Standards Boards (IASB)
Tujuannya:
a) Mengembangkan kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dapat diterapkan berkualitas, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan
b) Mendorong penggunaan dan penerapan standar – standar tersebut yang kettat
c) Membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan standar akuntansi internasiona; serta standar pelapora keuangan internasional kea rah social berkualitas tinggi.

2. United Nation
Salah satu tujuannya adalah untuk mendukung kerja sama internasional dalam mengatasi permasalaha international di bidang ekonomi, social, budaya dan kemanusiaan.

3. Organization for economic coopeeatuon and development (OEDC)
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Negara – Negara anggota dan memberikan informasi penjelasan bagi anggotanya.

4. Uni Eropa
Tujuannya adalah untuk mencapai intergrasi pasar keuangan eropa.


Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2125617-standar-akuntansi-dan-harmonisasi-standar/#ixzz1K1z33sKU


Nama : TRI SUCIYATI
NPM : 21207114
Kelas : 4EB05
Matkul : Akuntansi Internasional
Dosen : Haryono, SE

Agar Tak Salah Pilih Pasangan

Posted: Kamis, 14 April 2011 by Tri Suciyati in
0

Salah memilih pasangan atau pendamping hanya akan menimbulkan luka mendalam di hati Anda. Karena itu, sebelum jatuh cinta, ada beberapa hal yang harus Anda siapkan.

Memilih pasangan juga butuh trik. Fatal akibatnya jika Anda jatuh cinta pada orang yang salah. Ketimbang melakukan kesalahan, lebih baik ikuti beberapa kiat dari Sheknows berikut ini.

1. Ketahui niat Anda
Sebelum mulai menilai orang lain, yang harus dilakukan adalah mengetahui niat Anda menjalin hubungan. Jika alasannya Anda dan si dia saling menyayangi, silakan teruskan. Namun jika Anda hanya mencari pelampiasan atas rasa sakit hati akibat hubungan sebelumnya, atau putus asa karena sahabat Anda yang lain telah memiliki pasangan, sebaiknya pikir-pikir lagi.

Sebuah hubungan yang dimulai dengan niat tidak serius atau tidak baik, biasanya tak akan berakhir dengan baik.

2. Naikkan standar
Jangan mudah terlena dengan penampilan dan kata-kata manis. Tak ada salahnya untuk menaikkan standar Anda dalam mencari pasangan. Hal ini bukan berarti Anda sombong atau jual mahal. Tak ada salahnya mencari pasangan yang paling baik bagi diri Anda, bukan?

3. Berbagi cerita
Tak ada salahnya untuk berbagi cerita cinta Anda dengan saudara atau sahabat. Dengarkanlah pendapat mereka mengenai pilihan Anda. Penilaian objektif dari mereka akan membantu Anda melihat sisi sebenarnya dari pasangan.

4. Buat daftar keburukan dan kelebihan
Jika semua hal di atas sudah dilakukan namun perasaan Anda tak juga bisa diyakinkan, kini saatnya membuat daftar keburukan dan kelebihan. Coba lihat daftar mana yang lebih panjang. Jika keburukan lebih banyak dari kelebihan, maka tak perlu lagi meneruskan hubungan.

Sebaliknya, jika kebaikan lebih banyak dari kekurangan, pertahankan si dia.

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/agar-tak-salah-pilih-pasangan.html

Lidah Buaya Dapat Redam Emosi

Posted: by Tri Suciyati in
0

Lebih mudah memadamkan api yang membakar sebuah rumah, ketimbang memadamkan api emosi di hati, benar tidak? Sepertinya memang benar, karena sekali saja api emosi berkobar wah rumah tetangga juga bisa tersambar.

Rasa jenuh, tekanan pekerjaan, rasa lelah memancing semua api emosi di dalam hati Anda. Berkobar semakin besar dan tak mudah dipadamkan. Jika sudah begitu, yah sebaiknya Anda belajar mengontrol diri, atau menemui psikolog untuk membantu Anda. Namun selain itu, ada cara lain yang dapat membantu memadamkan api-api kecilnya. Sekalipun tidak padam semua, setidaknya Anda masih dapat menarik nafas dalam-dalam dan kembali mengambil kontrol diri.

Beberapa makanan yang fungsinya memberikan ketenangan dan mendinginkan akan dibahas kali ini. Eit, bukan asal makanan dingin yang dimasukkan ke dalam lemari es yang dapat meredakan amarah Anda lho! Beberapa jenis makanan ini memiliki sifat dasar mendinginkan, menyegarkan dan menyeimbangkan kembali hawa panas pada tubuh Anda. Makanan ini mungkin tak dapat membuat Anda langsung tenang, namun efeknya berjalan merambat membekukan api emosi di dalam diri Anda. Tak berlama lagi, yuk kita lihat apa saja makanan lezat tersebut?

1. Aloe Vera alias si lidah buaya

Lidah buaya kali ini tidak akan menjadikan Anda santapannya, malahan Anda yang menyantapnya. Tersedia dalam bentuk kalengan, lidah buaya dapat dijadikan campuran es buah. Tak hanya kandungan vitamin E saja yang baik untuk kulit Anda, tetapi sifat dasar lidah buaya ini adalah makanan yang meredakan emosi. Membuat Anda merasa dingin dan nyaman. Api yang berkobar di dalam hati Anda pun perlahan mulai dibekukan olehnya.

2. Semangka

Tak peduli dalam bentuk jus atau buah segar, Semangka yang merah merona ini juga akan membantu Anda merasa lebih nyaman dan rileks. Emosi yang meluap-luap kembali diimbangi dengan rasa dingin dan segar yang merasuk pada tubuh Anda. Kaya akan vitamin C dan antioksidan, Semangka segar dapat menjadi pilihan makanan pemadam emosi Anda. Dengan catatan, jangan terlalu banyak mengonsumsinya, karena Semangka juga memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah.

3. Cincau

Semua tahu si hitam yang biasa dipakai di dalam campuran es ini. Berasal dari daun-daunan merambat, seratnya yang tinggi akan membantu Anda memperlancar pencernaan. Tak hanya itu, sama halnya dengan makanan pemadam emosi lainnya, cincau juga menjaga keseimbangan emosi Anda. Tapi hati-hati memilih cincau ya, beberapa cincau yang dijual di pasaran memiliki kandungan pewarna yang tinggi, yang pastinya tidak akan memberikan efek sehat bagi Anda.

4. Selasih

Bagaikan ribuan telur katak di dalam gelas Anda. Memang jika sesekali diamati Anda akan bergidik, bahkan kadang terbayang ada ribuan mata yang sedang mengamati Anda dari sela-sela buah segar dan sirup manis yang merendamnya, itulah Selasih. Kali ini beberapa petani Selasih mengemasnya dalam plastik kemasan dan siap untuk Anda tambahkan pada es buah Anda. Selasih juga mampu memberikan efek nyaman, segar dan dingin pada Anda. Bahkan jaman dahulu, nenek moyang kita memanfaatkannya untuk mereka yang menderita sakit tenggorokan.

5. Agar-agar

Tak sama jika Anda memilih jelly yang kenyal dan menyenangkan. Agar-agar yang murni dari bahan alami hasil laut ini mungkin akan terasa sedikit membosankan. Tetapi jangan salah, makanan yang kaya akan vitamin E dan serat ini merupakan salah satu makanan hebat peredam emosi Anda. Juga memiliki sifat dingin, emosi Anda yang berapi-api akan luntur sedikit demi sedikit.

Jika api amarah sudah makin membesar, carilah tempat yang menenangkan Anda. Atau tak ada salahnya mengasah kemampuan me-mixed menu menjadi es buah lezat sekaligus menenangkan amarah di dalam diri.(kpl/*)

sumber: http://id.berita.yahoo.com/lidah-buaya-dapat-redam-emosi-20110412-184400-876.html

Trik Berkompromi dengan Pasangan

Posted: Kamis, 07 April 2011 by Tri Suciyati in
0

1. Butuh kemauan dua orang agar kompromi bisa berjalan

Kuncinya terletak dari kemauan Anda dan pasangan untuk melakukan kompromi. Jika hanya Anda atau pasangan yang bersedia melakukan kompromi, sia-sia belaka. Karena, kompromi sebenarnya salah satu cara untuk memperbaiki masalah.

2. Jangan ingin menang sendiri

Tidak selamanya Anda harus selalu diuntungkan. Pada beberapa masalah, Anda bisa saja melakukan "pengorbanan" lebih besar, hal ini sebenarnya tidak masalah. Tetapi pastikan, hal itu akan membuat kondisi jadi lebih baik dan Anda memang ingin melakukannya.

3. Jangan berjanji jika tak bisa menepati

Jika Anda benar-benar merasa tidak mampu menjalankan apa yang sudah dikompromikan, maka jangan berjanji kalau bisa melakukannya. Justru jika Anda tidak konsisten, masalah yang sama akan datang lagi, bahkan bisa lebih buruk.

4. Pikiran tak bisa dibaca

Anda tidak bisa melakukan kompromi tanpa mengatakan apa yang menggangu dan pemikiran Anda. Jangan harap pasangan tahu apa yang Anda inginkan, tanpa Anda membicarakannya. Jadi, komunikasikan semuanya, agar kompromi bisa berjalan baik.

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/trik-berkompromi-dengan-pasangan-20110406-190200-727.html

TRANSLASI MATA UANG ASING

Posted: by Tri Suciyati in
0

Alasan-alasan Untuk Melakukan Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan melakukan laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapat pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi.
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dar satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan. Para analisis keuangan menemukan bahwa interpretasi informasi tersebut cukup menantang dan kesulitan-kesulitan ini mempengaruhi evaluasi kinerja manajemen.
Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Seperti halnya dengan konsolidasi, transaksi dalam mata uang asing.
Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi risiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran risiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan. Akhirnya, skala investasi internasional yang meluas meningkatkan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu Negara kepada pengguna di Negara yang lain. Kebutuhan ini timbul pada saat suatu perusahaan bermaksud untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri, bermaksud untuk melakukan akuisisi atau usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asing lainnya.

Latar Belakang dan Terminology
Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi.
Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang Negara dagang utama dibeli dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan usaha, para individu, dan pedagang professional. Dengan menyediakan tempat bagi para pembali dan penjual mata uang, pasar mata uang asing memfasilitasi transfer pembayaran internasional (contoh: dari importer kepada eksportir), memungkinkan terjadinya pembelian atau penjualan internasional secara kredit (contoh: letter of credit suatu bank yang memungkinkan barang dikirimkan kepada pembeli yang belum dikenal sebelum dilakukan pembayaran), dan meyediakan alat bagi para individu atau kalangan usaha untuk melindungi diri mereka dari resiko nilai mata uang yang tidak stabil.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.


Daftar Istilah Translasi Mata Uang Asing

Atribut: Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi, sebaga contoh biaya historis dan biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
Konversi: Pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
Kurs kini: Nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
Diskonto: Ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
Posisi aktiva bersih yang beresiko (exposed net asset position): Kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan dtranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Mata uang asing: Suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara; mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
Laporan keuangan dalam mata uang asing: Laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
Transaksi mata uang asing: Transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perrusahaan.
Translasi mata uang asing: Proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
Operasi luar negeri: Suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan disusun dalam mata uang selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
Kontrak pertukaran: forward suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
Mata uang fungsional: Mata uang utama yang digunakan oleh suatu perrusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya. Biasanya, mata uang tersebut adalah mata uang Negara di mana perusahaan itu berlokasi dan mata uang di mana buku catatan dibuat.
Kurs historis: Kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
Mata uang lokal: Mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
Pos-pos moneter: Kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
Mata uang pelaporan: Mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
Tanggal penyelesaian: Tanggal pada saat suatu utang dibayarkan atau suatu piutang tertagih.
Kurs spot: Nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
Tanggal transaksi: Tanggal saat suatu transaksi (yaitu pembelian atau penjualan barang dagang atau jasa) dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
Penyesuaian translasi: Penyesuaian translasi yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Unit pengukuran: Mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.

Mengukur dan Mengantisipasi Eksplosure Akuntansi
Eksposur akuntansi (accounting/translation exposure) adalah mengukur seberapa jauh laporan keungan konsolidasi dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs valas. Eksposur ini muncul karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri yang menggunakan mata uang local ke dalam mata uang Negara asal untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan. Laporan keuangan konsolidasi umumnya digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan afiliasi di luar negeri. Bila kurs valas berubah sejak periode pelaporan sebelumnya, maka translation atau penilaian ulang atas asset, utang, penerimaan, biaya, laba, dan rugi yang didenominasi dalam valas akan menyebabkan laba/rugi valas (foreign exchange gains or losses). Kemungkinan laba/rugi valas ini diukur oleh angka eksposur akuntansi.

Perlukah Mengukur Eksplosure Akuntansi
Perusahaan transnasional yang tidak peduli dengan eksposur akuntansi umumnya berpendapat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh cabang-cabang perusahaan tidak perlu dikonversi dalam mata uang perusahaan induknya. Ini diakibatkan karena mereka tidak yakin eksposur akuntansi relevan. Kendati demikian, perlu dipahami apa yang mempengaruhi derajat eksposur perusahaan terhadap kemungkinan laba/rugi karena konversi lapran keuangan. Besar kecilnya eksposur akuntansi tergantung dari :
• Seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di luar negeri. Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh cabang di luar negeri, semakin besar persentase pos-pos laporan keuangan yang mudah terpengaruh eksposur akuntansi.
• Lokasi cabang-cabang perusahaan di luar negeri. Ini diakibatkan karena pos-pos laporan keuangan di setiap cabang biasanya dinyatakan dalam mata uang local di Negara tersebut.
• Standar akuntansi yang dipergunakan. Setiap Negara umumnya mempunyai standar akuntansi yang sudah baku , yang amat bervariasi antar Negara.

Metode Konversi Mata Uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.

Metode monetary/Non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.

Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).

Metode Current Rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.

Transaksi dengan Mata Uang Asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.


Sumber:
Diadaptasi dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SFAS) No. 52, 1981.
Frederick D. S. Choi, and Gary K. Meek, 2005, INTERNATIONAL ACCOUNTING Akuntansi Internasional, Buku 1- Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.


Nama : TRI SUCIYATI
NPM : 21207114
Kelas : 4EB05
Matkul : Akuntansi Internasional
Dosen : Haryono, SE